Kapan terakhir kali kalian membaca buku hingga tamat? Atau jangan-jangan kalian merasa mulai kesulitan mencari waktu untuk membaca buku? Jika ya, maka sebenarnya bukan hanya kalian yang mengalaminya. Aku juga demikian.Â
Netizen lainnya juga mungkin mengalaminya. Ya, kini membaca buku agar terbentuk lagi kebiasaan membaca buku perlu untuk dipaksa.Â
Sebagai si kutu buku aku sering tergoda berbelanja buku. Namun sejak tiga terakhir, aku merasa kesulitan mencari waktu untuk membaca. Alhasil dari puluhan buku yang kubeli mungkin baru sepersekian yang telah tuntas kubaca.Â
Aku bertanya-tanya pada diriku sediri. Dulu sesibuk apapun jika ada buku menarik, maka aku bisa tahan memegang buku hingga tamat.. Bahkan malah bisa begadang atau telat makan karena keasyikan membaca.Â
Namun era distraksi ini sungguh melenakan. Aku paling mudah ter distraksi oleh utas-utas menarik di Twitter, seperti utas horor. Belum lagi film dan serial di platform OTT yang begitu beragam.Â
Ooh seringkali aku kemudian menepikan buku yang sedang kubaca, dan terlarut membaca utas horor atau malah menonton film animasi.Â
Aku jadi malu dulu menyebut diriku kutu buku. Nyatanya kini aku mudah kalah oleh medsos dan distraksi lainnya untuk mengisi waktu luang.Â
Ada banyak buku bagus yang belum tuntas kubaca. Buku tentang Pangeran Diponegoro, misalnya. Atau buku tentang pulau Jawa yang ditulis era lampau.Â
Ini buku yang sangat bagus karena ada banyak hal tentang Jawa masa lalu yang tak banyak dikisahkan dalam buku sejarah. Ada pulau-pulau kecil yang sudah tak ada lagi di masa kini. Sayangnya aku belum tuntas membacanya.Â
Agar kembali memiliki hobi membaca, mau tak mau aku memaksa diriku. Aku ikut tantangan membaca. Pada bulan puasa kemarin ada tantangan 30 hari membaca buku.Â
Ya tak setiap hari aku menyelesaikan satu buku berat. Ada kalanya rasa malas mendominasiku sehingga aku pun hanya membaca buku-buku fiksi ringan dan manga-manga lucu yang tak perlu mikir.Â
Setelah tantangan berakhir, aku jadi malas membaca lagi. Harus dipaksa dan harus dipaksa. Satu bab pun tak mengapa. Atau jika masih sulit, sehari beberapa lembar saja tak jadi masalah.Â
Lega Setelah Menyelesaikan Satu-Perdatu Buku
Sama halnya ketika kita menyelesaikan sebuah misi, kini rasanya begitu lega dan gembira setelah berhasil menyelesaikan satu buku.Â
Aku akhirnya berhasil menamatkan komik setebal hampir 400 halaman tentang superhero DC Comics. Kupaksa diriku untuk membaca dan membacanya. Entah kenapa muncul dorongan untuk fokus membaca dan kemudian selesai begitu saja.Â
Saat aku menutup bukunya, rasanya begitu melegakan. Ooh aku berhasil. Aku berhasil mengingat sebagian isinya. Sedih, sebagian besar adalah cerita sedih. Tapi gambarnya yang menarik dan berkelas, membuatku tak berhenti mengaguminya.Â
Selain buku fisik, aku juga memaksa diriku membaca buku digital seperti yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional alias iPusnas. Di aplikasi ini koleksinya juga beragam. Novel-novel populer ada, juga ada dongeng Enid Blyton dan aneka manga.Â
Sama dengan buku fisik, ketika aku berhasil menyelesaikan bacaanku hingga halaman terakhir, rasanya senang dan bangga. Namun frekuensiku membaca terbilang menurun dibandingkan tiga tahun silam.Â
Membaca kini rasanya makin susah. Distraksi begitu banyak dan kuat. Tinggal tekad kita sendiri yang bisa membuat hobi membaca ini tetap jalan. Paksalah dirimu membaca tiap harinya. Satu lembar pun tak mengapa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H