Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Europe on Screen 2022 Masih Tayang Online, Berikut 5 Film Pilihan

29 Juni 2022   11:14 Diperbarui: 29 Juni 2022   11:32 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film-film yang bisa disaksikan di Europe on Screen 2022 online (kolase dari  Austrianfilms, FilmAffinity, IMDb, MovieInsider, filmcenter.cz, PORT.hu)

Europe on Screen tahun ini diadakan secara hybrid. Meski penyelenggaraan offline sudah berakhir pada 26 Juni lalu, namun versi online masih tetap tayang hingga 30 Juni. Berikut lima film yang bisa ditonton secara daring.

Europe on Screen 2022 memboyong 66 film. Namun, hanya 22 film yang bisa dinikmati secara daring melalui Festival Scope. Genrenya beragam dari animasi hingga drama yang menyayat hati. Semua film tersebut gratis.

Kalian tinggal sewa film dan kemudian tinggal nonton. Oh iya sudah ada beberapa film yang sold out, sehingga kalian perlu bergegas menyewa. Mending sewa dan tonton sebanyak-banyaknya karena event ini akan berakhir besok.

Dari 22 film ada lima film yang sudah kusimak dan kurekomendasikan. Kelimanya adalah "A Taste of Hunger", " Two Ships", "Snotty", " Servants", dan "Cream".

"A Taste of Hunger" (2021) - Denmark

Film "A Taste of Hunger" (Smagen Af Sult) menyajikan adegan-adegan yang semarak dengan proses memasak dan menata masakan sehingga presentasinya indah juga menggugah selera. Yang belum sarapan, hati-hati nonton film ini karena bakal lapar berat lihat presentasi makanannya yang nampak lezat.

Carsten dihadapkan pilihan antara karier memasak dan keluarga (kolase gambar dari IMDb, FilmAffinity, Movie Insider)
Carsten dihadapkan pilihan antara karier memasak dan keluarga (kolase gambar dari IMDb, FilmAffinity, Movie Insider)

Setelah sukses menjadi sosok Kingslayer di serial "Game of Thrones", karier Nicolaj Coster-Waldau semakin cemerlang. Dalam film ini ia berperan sebagai chef bernama Carsten. Ia sangat berharap restorannya mendapatkan bintang Michelin. Namun upayanya tidak mudah.

Konflik dalam film diperkeruh dengan hubungannya bersama keluarganya yang tak seindah tampilan makanannya. Karena ambisinya dan fokusnya yang berorientasi ke masakan dan restoran, hubungannya dengan istrinya, Maggi (Katrine Greis-Rosenthal) mulai menjauh. Anak-anaknya juga merasa lebih dekat dengan ibunya daripada si ayah.

Film yang dibesut oleh Christoffer Boe ini berhasil menampilkan ambisi seorang chef yang ingin karier dan pengalamannya diakui dengan mendapatkan bintang Michelin. Tak hanya presentasi masakan yang ditonjolkan, namun cara mereka mengatur interior, mengatur pencahayaan dan lainnya agar menciptakan ambience tertentu ini juga menarik disimak. Skor: 7.7/10

 

"Cream" (2020) - Hungaria

Film komedi romantis yang tampil di Europe on Screen ini langsung menyita perhatianku berkat tampilan cake, macaroon dan kue-kue yang nampak lezat. Kue-kue ini adalah buatan Dora (Vica Kerekes) yang membuka kedai mungil dengan pesona kue-kue buatannya dan interior unik.

Uniknya kue-kue buatan Dora dinamai bintang Hollywood. Ada kue Barbra Streisand yang tak boleh dipisahkan dari kue Robert Redford ketika membelinya. Ia memang pecinta film klasik. Idolanya adalah Kevin Costner ketika membintangi Robin Hood. Alhasil kedainya juga bernuansa retro Hollywood, estetik dan unik dengan poster-poster dan pernak-pernik Hollywood klasik.

Cerita tentang gadis hobi nonton film klasik dan memasak (kolase gambar dari IMDb, PORT.hu)
Cerita tentang gadis hobi nonton film klasik dan memasak (kolase gambar dari IMDb, PORT.hu)

Sebenarnya film ini akan lebih menarik apabila film  berfokus pada kedai Dora yang unik. Namun kemudian cerita dibelokkan ke kompetisi keluarga yang janggal untuk mendapatkan pembiayaan. Dora jadinya harus mencari suami dan anak sewaan. Alhasil unsur romansanya jadinya agak terkesan dipaksakan.

Andai lebih fokus ke makanan dan kue, maka bakal sempurna. Skor: 7/10.

"Two Ships" (2021) - Czech

Film "Two Ships" (Maransk lod) sejak adegan pembukanya berhasil membuatku jatuh hati hanya berkat musiknya. Ya, film ini dibidani oleh sutradara bernama Jan Faoukal yang juga seorang musisi dengan nama panggung Johannes Benz. Tak heran bila film ini banyak dihiasi oleh lagu-lagu yang indah, dimainkan oleh band karakter utama pria, Martin (Martin E Kypersk)

Film romantis asal Czech ini menceritakan hubungan unik antara musisi bernama Martin dan psikolog bernama Eliska (Elika Kenkov) . Keduanya berbeda namun keduanya saling jatuh cinta. Hubungan mereka makin sulit ketika Eliska mulai merasa ada yang aneh dengan kesehatan mentalnya.

Diangkat dari kisah nyata, hubungan yang rumit (sumber kolase: filmcenter.cz)
Diangkat dari kisah nyata, hubungan yang rumit (sumber kolase: filmcenter.cz)

Panoramik. Aku suka pengambilan gambar dan juga platar dari cerita ini, pulau terpencil bersalju, hutan, juga tempat gig dan danau tempat Eliska suka berenang. Sosok Eliska itu seperti Alice in Wonderland, free spirit, unik, dan bebas. Sedangkan Martin yang dulunya playboy berubah menjadi setia setelah berjumpa Eliska.

Nama aktor dan aktrisnya sama-sama Martin dan Eliska. Hal ini dikarenakan film yang bersumberkan dari kumpulan puisi buatan Alena ern ini berdasarkan pengalaman pribadi antara Alerna dan Martin. Aku tak tahu bagaimana perasaan Martin E Kypersk menceritakan bagian hidupnya tersebut.

Keduanya sangat berbeda. Mereka ditampilkan kontras, Martin yang begitu tinggi dan Eliska yang mungil. Martin yang praktis dan Eliska yang rumit. Sehingga agak sulit percaya mereka bisa terus bersama.

Bagian terbaik dari film ini adalah musik yang dibawakan band Martin. Trio gitar,  biola, drum dengan tambahan efek-efek khusus yg memberikan nuansa psychedelic dan dream pop. Ya, film ini memang unggul di musiknya. Lagu-lagunya juara. Skor: 8.5/10 untuk musiknya dan 7/10 secara keseluruhan.

"Snotty Boy" (2021) - Austria

Film berjudul "Snotty Boy" (Rotzbub) ini wakil dari genre animasi di ranah Europe on Screen online. Animasi dari negara Austria ini  memiliki gaya dan bentuk gambar yang unik. Temanya juga cukup 'berani' untuk film animasi dengan rating usia 13 tahun, yaitu tentang remaja pria yang puber.

Cerita berlatar tahun 1960-an di Austria (sumber gambar: Austrianfilms.com)
Cerita berlatar tahun 1960-an di Austria (sumber gambar: Austrianfilms.com)

Tokoh utamanya seorang remaja pria yang sejak kecil dipanggil Snotty Boy. Ia anak pemilik penginapan dan kedai yang pandai menggambar. Sayangnya ia lebih suka menggambar sesuatu yang vulgar di mana kemudian dijadikan gambarnya dijadikan bahan jualan kedua temannya.

Ada beberapa pesan yang menarik dalam film ini. Pada tahun 60-an rupanya masih ada diskriminasi terhadap orang Gypsi dan cita-cita sebagai seniman dirasa kurang realistis. Tokoh utama yang dipanggil Snotty Boy itu juga seperti perpaduan evil dan angel di dalam dirinya. Ia polos tapi imajinasinya juga liar untuk remaja seusianya.

Aku suka animasi besutan Santiago Lopez Jover dan Marcus H. Rosenmller ini yang menggunakan teknik gambar karikatur ala Manfred Deix. Oh iya Manfred Deix adalah kartunis Austria yang terkenal karena gaya gambar dan warnanya yang khas. Karya-karyanya rata-rata satir. Ia telah meninggal pada tahun 2016. Skor:7/10.


"Servants" (2020) -- Slovakia

Film "Servants" (Sluobnci ) ini berlatar tahun 1980 ketika partai komunis masih kuat pengaruhnya di Eropa Timur. Di sebuah seminari Brastislava, ada dua murid bernama Juraj (Samuel Skyva) dan Michal (Samuel Polakovic). Rupanya harapan mereka menjadi pastor diwarnai konflik atas pengawasan negara terhadap aktivitas berkaitan dengan keagamaan. Ada polisi rahasia dari organisasi komunias yang mengawasi mereka.

Gambarnya ibarat karya seni (sumber gambar: IMDb)
Gambarnya ibarat karya seni (sumber gambar: IMDb)

Film besutan     Ivan Ostrochovsk ini indah. Sepanjang film aku mengagumi gambar-gambarnya yang dibalut dengan sajian warna hitam putih. Film ini adalah karya seni yang sungguh memanjakan mata. Setiap sudut seminari menyajikan visual yang estetik. Demikian juga ketika latar berubah menjadi sebuah monumen dengan dua tangan yang menggengam masing-masing satu obor, seperti sebuah mimpi.

Namun sayangnya film ini kurang memikirkan cerita dan jalinan emosi antar karakternya. Rasanya hampa ketika menyaksikannya. Indah namun hambar. Untuk gambarnya saya memberikan skor 9/10, sayangnya udah ceritanya skornya 6/10.

Yuk buruan sewa dan nonton karena festival ini hanya setahun sekali dan film-filmnya susah dicari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun