Ia mengaku jika ia ingin sebuah perubahan dalam membesut film horor, sehingga film "KKN di Desa Penari" ini terasa berbeda dengan film-film horor yang pernah dibesutnya.
SimpleMan sendiri sebagai penutur dilibatkan dalam film ini. Ia ikut menjaga agar film ini sesuai dengan track cerita dalam utas yang dibuatnya.
Cerita dalam film sendiri tak banyak berubah dengan versi Twitter. Hanya sedikit yang ditambahkan, seperti adegan penyesalan Bima dan keputusan peserta KKN untuk segera kembali ke kampus mereka.
Obrolan kami masih panjang. Seorang penanya memuji deretan pemeran. Oleh Awi, sengaja ia memilih nama-nama yang relatif masih termasuk pendatang baru. Agar pemeran film juga tidak itu-itu saja. Wajah-wajah mereka juga masih cocok sebagai mahasiswa dan mahasiswi.
Ia menyukai penampilan Tissa Biani di sebuah film dan langsung mendapuknya sebagai Nur. Ia juga merasa tidak salah memilih Adinda Thomas sebagai Widya.
Tak sedikit yang terkejut dengan kehadiran Diding "Boneng" Zeta sebagai Mbah Buyut. Awi mengaku menyukai aktor ini sejak dulu. Ia penasaran bagaimana Diding saat ini.
Perlu adaptasi bagi Diding untuk kembali berakting. Apalagi perannya kali ini berbeda dengan film-film lawasnya yang umumnya bernuansa komedi. Dialognya sebagai Mbah Buyut cukup banyak dan ekspresinya pun serius. Namun, pilihannya tak salah. Diding Boneng berhasil mencuri perhatian.
Tentang Versi 'Uncut' dan 'Cut'
Proses pemisahan versi 'uncut' dan 'cut' untuk film ini berada ditampuk produser. Versi reguler adalah 'cut' yang memiliki rating penonton 13 tahun ke atas. Sedangkan versi 'uncut' diperuntukkan penonton 17 tahun ke atas karena ada adegan dewasa.
Menurut sutradara usia 44 tahun ini, versi 'uncut' versinya adalah 21 tahun ke atas. Namun mungkin dirasa kurang pas untuk penonton Indonesia maka versi 17 tahun ke atas yang dirilis.