Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"KKN di Desa Penari" yang Dinanti-nanti, Seperti Apa Gerangan?

24 April 2022   06:42 Diperbarui: 26 April 2022   01:24 1574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para undangan rame hadir di Gala Premiere Jumat, 22 April (dokpri) 

Akhirnya setelah sempat tertunda dua tahun, film horor yang ditunggu-tunggu, "KKN di Desa Penari" pun sudah menemukan jadwal tayang yang pasti. Film ini akan diputar mulai Sabtu (30/4). 

Aku beruntung mendapat kesempatan nonton lebih awal pada Gala Premiere yang diadakan Jumat (22/4) di Epicentrum dari Cinemags. Lantas seperti apakah kiranya film yang dibintangi Tissa Biani dan kawan-kawan tersebut?

Jumat, pukul 15.00 lobi bioskop Epicentrum, Rasuna Said, sudah penuh dengan tamu undangan yang mengenakan baju batik. Meski di beberapa titik Jakarta hujan deras, tak menyurutkan para penonton untuk hadir di acara pemutaran perdana film ini.

Para undangan rame hadir di Gala Premiere Jumat, 22 April (dokpri) 
Para undangan rame hadir di Gala Premiere Jumat, 22 April (dokpri) 

Ya, mereka seperti halnya diriku begitu penasaran akan film ini. Sejak cerita ini hadir di Twitter lewat akun Simpleman, kisah horor tentang KKN di desa penari ini langsung menyentak, memikat baik mereka yang pecinta kisah horor maupun tidak.

Salah satu hal yang membuat cerita ini menarik perhatian adalah embel-embel berdasarkan kisah nyata dengan deskripsi tentang lokasi kejadian yang detail namun disamarkan. Ini membuat banyak netizen yang penasaran dan menebak-nebak lokasi persisnya.

Oleh karena cerita ini dirilis tahun 2019 maka sebenarnya strategi merilis film ini pada Maret 2020 sudah tepat. Apa daya pandemi hadir dan kemudian film ini harus tertunda beberapa kali hingga akhirnya mendapatkan jadwal resmi pada libur lebaran.

Meski momen dan euforianya sudah lewat, nampaknya film ini tetap bakal sambutan hangat. Apalagi momennya pas, yakni libur lebaran di mana pada masa sebelum pandemi, film lebaran rata-rata bisa menangguk 1 juta penonton. Mudah-mudahan angka 300 ribu penonton bisa terlampaui pada era pandemi ini.

Di lobi Epicentrum, undangan disambut dengan alunan musik gamelan yang dimainkan sejumlah nayaga. Musik gamelan dan lampu sorot kemerahan memberikan nuansa misterius. Musik gamelan ini identik sebagai pengiring tarian tradisional, di mana memang dihadirkan dalam film ini.

Pemain gamelan di lobi Epicentrum (dokpri) 
Pemain gamelan di lobi Epicentrum (dokpri) 

Sekitar pukul 15.30 WIB penonton pun bersiap menyaksikan film versi uncut yang sudah dinanti-nanti ini. Oke aku ulas gambaran besarnya saja.

Cerita ini mengikuti alur kisah yang disampaikan SimpleMan, dengan dua sudut pandang yakni Nur dan Widya.

Dikisahkan kakak Ayu mengajak Ayu (Aghniny Haque) dan temannya, Nur (Tissa Biani) , menuju sebuah desa terpencil yang lokasinya di dalam hutan. Mereka perlu lokasi KKN dan sifatnya mendesak karena mereka ingin cepat lulus.

Desa tersebut hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau kendaraan roda dua. Di beberapa tempat masih ditempatkan sesajen membuat Nur bertanya-tanya.

Awalnya kepala desa, Pak Prabu (Kiki Narendra), keberatan menerima mereka. Namun karena bujukan Ayu maka ia menerima dengan persyaratan.

Poster film dan cuplikan adegan dalam trailer (sumber gambar: MD Pictures via Tribunnews) 
Poster film dan cuplikan adegan dalam trailer (sumber gambar: MD Pictures via Tribunnews) 

Singkat kata, pada kunjungan berikutnya mereka berenam bisa melakukan KKN di desa tersebut. Ada Ayu, Nur, Widya (Adinda Thomas), Bima (Achmad Megantara), Anton (Calvin Jeremy), dan Wahyu (Fajar Nugraha) .

Sejak awal kedatangan mereka, Widya sudah merasai sesuatu. Hingga gangguan supranatural dari sosok penari tersebut meningkat, membuat Nur cemas kepada kondisi Widya dan kawan-kawan.

SimpleMan dalam racikan bahasanya berhasil menebarkan rasa kengerian yang mendalam kepada membacanya. Ini sebuah beban dan tantangan yang berat bagi Awi Suryadi, sutradara film ini, agar dapat menerjemahkan bahasa tulisan tersebut menjadi visual yang apik.

Awi cukup berhasil menyampaikannya meski memang ada sejumlah keterbatasan. Hal ini memang sering dialami film yang mengadopsi kisah dari novel atau kisah populer, di mana penonton sebagian sudah membacanya dan menjadi membandingkan versi tulisan dan visual.

Dari segi sinematografi, angle kamera dan pewarnaan (grading), aku memberikan dua jempol. Bagian paling kusuka ketika Awi menunjukkan perjalanan para mahasiswa tersebut memasuki desa. Hutan ditampilkan dari beberapa sisi, termasuk dari atas. Aku jadi penasaran di mana lokasi syutingnya.

Ehm seperti apa horornya? (sumber gambar: Pichouse Films dalam Kompas.com) 
Ehm seperti apa horornya? (sumber gambar: Pichouse Films dalam Kompas.com) 

Adegan lainnya yang berkesan yakni ketika kamera menunjukkan transisi kondisi rumah saat gelap dan terang dengan halus. Ini menarik

Warna-warnanya juga nyaman di mata. Di sejumlah adegan, warnanya dibiarkan lebih dramatis.

Dari segi make up, film ini juga patut diapresiasi. Make up-nya berhasil menyajikan penampakan yang cukup menyeramkan.

Aku tak akan membahas lagi lebih detail film yang diproduksi oleh MD Pictures dan Pichouse Films ini. Kalian bisa saksikan sendiri nanti pada penayangan regulernya. 

Berikut video trailer-nya. 

Biar lebih seru kalian ajak saudara dan kawan kalian untuk menyaksikan film ini. Oh iya ada penampilan Diding Boneng, Aty Cancer, dan Aulia Sarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun