Kita mulai dari film "Ghostbusters" (2016) dan "Ocean's  Eight" (2017). Kedua film ini berangkat dari franchise laris, di mana kemudian Hollywood punya ide untuk melakukan gender swap dengan tujuan menyeimbangkan jumlah pemeran pria dan wanita di dunia perfilman. Dua film ini tak buruk, namun tidak bisa menyamai kualitas film sebelumnya. Ada sesuatu yang terasa hilang, tidak bisa diisi oleh kedua film tersebut.
Selanjutnya ada film "The Hustle," (2018) yang dibintangi Anne Hathaway dan Rebel Wilson yang juga merupakan gender swap film sebelumnya, "Dirty Rotten Scoundrels" (1988). Kemudian masih ada "American Psycho II: All American Girl", Â "What Men Want", dan masih banyak lagi.
Film-film tersebut seolah-olah hanya mengikuti tren, sekadar membalik gender, yang dulunya tokoh utamanya pria diganti perempuan. Sekadar itu. Namun kualitas ceritanya ala kadarnya.
Tren berikutnya yakni tokoh utama wanita yang dimunculkan dengan karakter dan kemampuan yang superior, sedangkan tokoh prianya dilemahkan. Di sini kita bisa melihat sekuel "Star Wars" sejak  "Star Wars: The Force Awakens", ""Enola Holmes", dan "Captain Marvel".
Sebenarnya saya sangat kecewa "Star Wars" memiliki sekuel, apalagi ceritanya menjadi kacau dengan tokoh-tokoh utamanya (Luke dan Leia Skywalker dan  Han Solo) yang tewas secara tragis, kemudian sosok Kylo Ren dilemahkan dan cerita Rey dari antah berantah digambarkan memiliki karakter Mary Sue, sebutan untuk karakter wanita yang serba sempurna. Jika mengikuti trilogi original "Star Wars", maka cerita sekuel ini terasa dipaksakan, demikian juga dengan tokoh wanitanya yang seperti mengikuti tren.
Hal yang sama juga terasa dalam film "Captain Marvel". Dalam film ini sosok hero perempuan begitu terasa superioritasnya. Ia juga memiliki karakter Mary Sue, terasa serba sempurna. Bagian akhir film yang menunjukkan ia sangat kuat malah menjadikannya kurang konsisten dengan film-film Marvel berikutnya.
Film "Enola Holmes" yang tayang di Netflix juga sama. Ia mengada-adakan tokoh yang tak ada di novel original Sherlock Holmes. Lalu karakter di film ini dibalik, menjadi lebih unggul dan superior dibandingkan dua kakaknya, termasuk Sherlock Holmes. Jadinya, tokoh dan ceritanya malah janggal.
Bukan berarti film dengan tokoh perempuan belakangan ini semuanya buruk. Tidak. Film "Birds of Prey" itu bagus karena fresh. Tokoh-tokoh perempuannya juga masih membumi.
Mendatang komodifikasi girl power masih terus berlangsung. Yang sudah berhasil membuat penikmat film was-was adalah serial "Lord of The Rings" universe yakni  "TLOTR: The Rings of Power", dengan penampakan Galadriel yang nampak gahar dengan baju zirah dan pedang. Oh apakah karakter Galadriel akan menjadi superior dan Mary Sue di film ini?