Salah satu film serial masa lampau yang berkesan adalah Petualangan Remi ("Nobody's Boy: Remi"). Dulu seingatku serial anime ini tayang di RCTI setiap Minggu pagi. Ketika menemukan film ini juga memiliki versi live action, aku langsung penasaran. "Remi Sans Famille", judulnya.
Cerita film ini sama halnya dengan versi animenya juga berdasarkan novel Prancis berjudul "Sans Famille" karya Hector Malot. Hanya cerita dalam film ini plot dan adegannya lebih sederhana dan ringkas, tidak sekompleks dalam versi novel dan serial animenya.
Film besutan Antoine Blossier ini berdurasi 105 menit. Cerita berawal dengan anak-anak di sebuah panti asuhan yang mendapat cerita dari seorang kakek ketika mereka sulit tidur pada malam hujan badai. Kakek tersebut bercerita tentang petualangan masa kecilnya. Pria tua tersebut adalah Remi.
Remi (Maleaume Paquin) baru berusia 10 tahun ketika ayahnya menjualnya ke seorang musisi jalanan bernama Vitalis (Daniel Auteuil). Si ayah, Jerome Barberin, memberitahu Remi, ia anak yatim piatu yang ditemukannya di sebuah halaman gereja. Ia mengira akan ada orang kaya yang akan datang mencari bayi tersebut. Nyatanya tak ada yang kunjung datang.
Remi kemudian ikut berkelana bersama Vitalis dan dua hewan peliharaannya, anjing bernama Capi yang setia dan seekor monyet lucu bernama Lovely Heart. Mereka melakukan pertunjukan jalanan, Capi dan Lovely Heart melakukan berbagai atraksi. Awalnya Remi canggung bernyanyi, namun lama-kelamaan ia pun mulai percaya diri bernyanyi.
Menjadi musisi jalanan sungguh berat. Ada kalanya mereka kelaparan karena tak punya makanan. Ketika badai menerjang, mereka juga kedinginan. Hingga suatu ketika ada masa-masa yang begitu berat.
Cerita tentang Pekerja Anak dan Perselisihan Keluarga
Film ini hanya mengambil elemen-elemen utama dalam novel, sehingga ceritanya tidak sama persis. Dua anjing Vitalis lainnya, Zerbino dan Dolce, tak ada di sini. Meski demikian, cerita ini tetap menyentuh.
Cerita ini menurut Hector terinspirasi dari musisi Italia jalanan pada abad ke-19. Ia mendapat ide ceritanya ketika melihat sosok pemain harpa dari Viggiano, Basilicata.
Sebenarnya ada dua hal penting dalam kisah Remi ini. Yang pertama adalah perselisihan keluarga. Remi adalah korban perselisihan keluarga sejak ia masih bayi sehingga ia berupaya disingkirkan.
Ketika ia kemudian masih hidup dan identitasnya diketahui, masih ada saja yang hendak berbuat jahat kepada dirinya. Ada pihak yang was-was kehadiran Remi akan membuat runyam kepentingannya. Pihak tersebut pun rela berbuat apa saja meski targetnya, Remi, sebenarnya juga masih anak-anak.
Dan yang kedua adalah soal pekerja anak. Pada era revolusi industri di Eropa dan Amerika, seperti di Inggris dan Prancis, ada banyak pekerja anak. Jumlah mereka meningkat pada era Victoria, yakni abad ke-19.
Pegawai anak hampir disamakan dengan pegawai dewasa. Mereka diminta bekerja keras, namun hanya diberikan upah dan makanan ala kadarnya. Honor mereka hanya sekitar 10-20 persen dari upah pegawai dewasa. Umumnya anak-anak tersebut berasal dari panti asuhan dan keluarga miskin.
Tak sedikit anak-anak yang belum mencapai 10 tahun telah bekerja di tempat-tempat berbahaya seperti di pabrik dan tambang batu bara. Mereka dipilih bekerja di tambang karena badan mereka yang kecil bisa merayap ke terowongan yang sempit dan rendah. Hal ini juga dikisahkan dalam Remi di versi novelnya. Cerita tentang pekerja anak di tambang juga tersaji di film tentang Calamity Jean di Amerika.
Kondisi sosial masa tersebut yang tak menguntungkan pekerja anak, pernah direkam oleh Charles Dickens lewat karyanya yang terkenal, "Oliver Twist". Oliver yang merupakan anak yatim piatu dipaksa untuk menjadi pencopet dan pencuri. Ketika ia tak mau melakukannya, ia pun dihukum.
Charles sendiri pernah merasai sebagai pekerja anak, dengan bekerja di pabrik sepatu saat masih berusia 12 tahun. Ia meninggalkan sekolah dan bekerja selama sepuluh jam sehari karena ayah dan keluarganya dipenjara. Mereka punya utang cukup besar, sehingga berdasar tradisi masa itu, keluarga mereka dipenjara, termasuk ibu dan saudara kandungnya.
Meski kemudian pada tahun 1833 ada aturan anak-anak berusia 11-18 tahun bekerja maksimal 12 jam per hari dan anak-anak di bawah usia sembilan tahun dilarang diperkerjakan, namun pada praktiknya banyak pegawai anak yang dieksploitasi.
Kondisi mulai membaik usai Perang Dunia Kedua dengan adanya organisasi buruh internasional. Namun hingga saat ini masih saja ada cerita sedih tentang pekerja anak di beberapa negara.
Kembali ke Remi, ia awalnya masih lebih beruntung karena atasannya, Vitalis, menyayanginya, meski mereka juga miskin dan sering kelaparan. Tapi setelah kepergian Vitalis, dalam kisah novelnya, ia pun harus menghidupi dirinya sendiri dengan melakukan pekerjaan apa saja. Termasuk pernah bekerja di pertambangan dan hampir tak selamat.
Film "Remi Sans Famille" ini memiliki banyak pesan moral. Namun jangan lupa siapkan tisu karena ada beberapa adegan yang mengharukan. Gambar-gambar sinematik pedesaan Prancis, perhatian Vitalis ke Remi, dan pertunjukan Capi setidaknya menjadi sisi yang menyenangkan di film ini. Film ini bisa ditonton di Klik Film. Skor: 7.5/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
