Rahim Soltani (Amir Jadidi) yang sempat merasai sesesap jadi pahlawan ini dalam film berjudul "A Hero".
Sebuah niat baik ada kalanya tak bersambut dengan pujian. Ada kalanya kebaikan tersebut malah diragukan sebagian kalangan. Kemalangan beruntun dan situasi serba salah dialami olehRahim harus merasakan dinginnya jeruji penjara karena belum bisa menebus utangnya. Saat bisa bebas secara temporer dua hari, ia memikirkan cara agar bisa membayar sebagian utangnya. Ia tak ingin lagi masuk penjara. Ia ingin tinggal bersama putranya, Siavash, yang kesulitan berbicara.
Sebuah kesempatan datang ketika ia dianggap sebagai pahlawan kecil. Ia memilih mengembalikan tas berisi koin emas daripada menukar isinya dengan uang untuk menebus sebagian utangnya. Namun kemudian ia mengalami situasi serba salah. Orang-orang juga mulai meragukan kisahnya.
Sebuah Cerita yang Emosional dan Menghanyutkan
Film Iran berjudul "A Hero" ini menarik perhatianku. Film ini telah masuk nominasi dan meraih penghargaan di event perfilman bergengsi.Â
Film "A Hero" raih nominasi Golden Globe 2022 dan masuk dalam shortlist Oscar 2022 untuk kategori Film Berbahasa Asing. Film "A Hero" juga berhasil meraih Grand Prix di ajang Festival Film Cannes 2021 di kategori Palme d'Or.
Film "A Hero" ini memikat sejak di awal film. Bagaimana Rahim nampak bahagia bisa menghirup udara bebas selama dua hari. Ia nampak tak kelelahan menuju tempat kakak iparnya, Hossein bekerja. Sebuah proyek konstruksi renovasi bangunan kuno di tebing-tebing.
Dengan penuh semangat ia mendaki sekian anak tangga yang nampak terjal dan curam. Adegan Rahim yang terus naik di tempat yang curam ini seperti sebuah simbolik tentang kehidupan mendatang Rahim kemudian, situasi yang serba pelik. Tergelincir, ia bisa patah tulang hingga meninggal.
Ya, sepertinya penonton sudah diperingatkan dalam adegan-adegan awal ini. Sebuah adegan yang terasa sinematik dengan pengambilan gambar yang dilakukan hati-hati dari bawah, menyorot pergerakan kaki Rahim menaiki anak tangga.
Sepanjang 127 menit menonton film ini di Klik Film, saya merasa ikut terkuras emosi. Rahim memang tak sepenuhnya tulus, namun ia telah mencoba dengan sekuat tenaga untuk berbuat benar. Ia tak berharap menjadi seorang pahlawan dan masuk teve. Ia hanya ingin diberi kesempatan berbuat benar, membersihkan namanya, dan bisa bekerja, untuk masa depannya bersama anaknya dan kekasihnya.
Rahim memang patut merasa frustasi. Ia tak tahu mengapa dunia terasa tak berlaku adil padanya. Tekanan itu membuatnya tak bisa mengontrol dirinya. Padahal ia sudah diperingatkan pada saat ia menaiki tangga yang curam tersebut.
Penonton film ini mungkin akan seperti saya, merasa kesal dengan sikap yang dipilih oleh Rahim, namun juga merasa kasihan kepadanya. Namun juga geregetan dengan situasi di sekeliling Rahim dari rumor yang meragukan kisahnya hingga tuntutan untuk membuktikan tindakannya itu nyata. Apa yang dilakukan Rahim semua jadi serba salah. Ia tak tahu bagaimana dan di mana ia sebaiknya berpijak.