Rupanya kualitas air untuk mencuci juga berpengaruh. Kawan yang mencuci sendiri bajunya di lokasi Jakarta Utara, bajunya relatif berubah warna, agak 'mangkak' alias warnanya berubah jadi agak krem.
Nah, biar tidak bosan Senin sampai Kamis kami menggunakan seragam itu-itu saja, kawan-kawan dan rekan kerja berkreasi. Ada yang menambahkan scarf, rompi, jaket, dan lain-lain.Â
Kalau aku sendiri paling suka mengenakan rompi polos berwarna biru gelap atau hitam, kadang-kadang kutambahkan bros. Soalnya saat itu meja kerjaku dekat AC, jadinya lumayan dingin.
Ketika aku curhat dengan kawan kuliahku betapa bosannya mengenakan baju putih biru dan sepatu hitam, ia menanggapinya dengan tertawa.Â
Katanya masih mending. Ia sendiri sering mengenakan seragam dengan atasan biru muda. Ya adakalanya ia dikira pengemudi taksi. Hahaha.
Dalam seminggu kami memang empat kali menggunakan seragam. Hari Jumat adalah bebas, sehingga kami bisa menggunakan warna lainnya.Â
Sepatunya juga bisa bebas warnanya. Ini bak oase, setidaknya aku bisa mengenakan baju serba hitam, atau atasan merah favoritku.
Namun kemudian setelah hari batik ditetapkan, aturan berubah. Setiap Jumat kami wajib menggunakan batik, bajunya sih bebas bisa beli sendiri asal batik.Â
Dalam hati aku bingung kapan aku mengenakan baju-baju warna-warni yang telah kubeli. Tapi dengan adanya kebijakan ini, maka karyawan juga jadi lebih mengenal dan menghargai baju batik.
Kini ketika aku bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang TI, tak ada seragam. Kami bisa berpakaian bebas, bahkan kaus dan celana denim pun boleh asal tak sedang ada acara resmi atau bertemu dengan klien. Aku sendiri suka pakai celana jeans dengan blus dan jaket.
Sementara pasangan memiliki baju seragam yang kebijakannya suka berganti-ganti setiap tahunnya. Tahun ini wajib pakai seragam seperti baju montir, eh tahun berikutnya berubah bajunya resmi.Â