Chilli crab, kepiting yang dimasak dengan saus berbahan tomat dan cabe adalah hidangan yang populer di Singapura. Demikian pula halnya dengan nasi ayam dan laksa. Kisah seputar makanan Singapura ini tersaji manis lewat doku-drama berjudul "Wanton Mee".
Film besutan Eric Khoo berdurasi 70 menitan ini berkisah tentang kritikus makanan bernama Goh Chung Feng (Koh Boon Pin) . Ia tinggal di rumah susun bersama ayahnya yang suka mengingatkannya agar segera berumah tangga.
Menjalani hidupnya sebagai kritikus makanan, ia berupaya mengulasnya dengan jujur seperti kejujuran lidahnya. Kemudian ia tertantang untuk mendokumentasikan sejarah kuliner Singapura, asal usulnya dan perkembangannya. Berhasilkah?
Penonton Diajak Bertualang Rasa Singapura
Singapura memiliki sejarah panjang kuliner, sama halnya dengan Indonesia. Keberagaman kuliner ini juga disumbang oleh warganya yang berasal dari berbagai ras, Melayu, peranakan, Â dan India.
Kuliner Singapura yang populer di antaranya nasi ayam Hainan yang gurih dan sedap. Dalam sebuah adegan, Chung Feng mewawancarai pemilik kedai yang menciptakan menu unik dengan menggunakan dasar memasak nasi ayam Hainan. Ia menciptakan bola-bola nasi ayam yang tidak lengket ketika dimakan. Pengunjung juga mendapatkan pengalaman yang unik ketika menyantapnya.
Di adegan lainnya, ada adegan wawancara terhadap putra perintis chilli crab. Ia bercerita betapa bangganya keluarganya resep tersebut disukai dan populer di kalangan masyarakat, juga wisatawan.
Petualangan Chung Feng juga membawa kita menelusuri kuliner Melayu yang halal juga menu fusion seiring dengan perkembangan kuliner.
Ya, film ini ibarat sebuah pustaka makanan Singapura. Visualisasi makanan dan proses pembuatannya enak ditonton, mengundang selera.
Cerita tentang pelaku kuliner juga menarik disimak. Ada yang sudah mapan bekerja di perusahaan sebagai konsultan keuangan kemudian terpicu untuk membantu kedai keluarga. Ia yang awalnya berdandan modis setiap hari ke kantor dan ketika berjumpa klien, kemudian terbiasa dengan seragam sederhana kedai keluarganya.
Ia membuat gebrakan dengan mengenalkan mesin kasir ke ibu dan bibinya. Awalnya mereka menolak, terbiasa menghitung manual dan menyimpan uang di kaleng biskuit. Namun lama-kelamaan mereka mulai terbiasa karena lebih mudah. Demikian juga dengan proses pesanan, kini sudah terbantu dengan elektronisasi sehingga tak pusing menghafal pesanan pelanggan.