Berdasarkan data dari berbagai penelitian, misalnya dari Environmental Working Group, emisi makanan terbesar adalah daging sapi dan domba, disusul dengan ayam. Mengapa kok bisa demikian? Karena peternakan hewan memerlukan pakan dan menghasilkan kotoran.
Aku sendiri berupaya jadi flexitarian karena ingin hidup lebih sehat. Sambil menjadi flexitarian, aku melakukan olah raga dan yoga selama 30 menitan setiap harinya. Awalnya terasa berat. Ada rasa malas dan lainnya. Namun lama-kelamaan aku mulai terbiasa.
Hari ini sudah masuk hari ke-20 aku mencoba menjadi flexitarian dan terus berlatih olah raga dan yoga. Aku menggunakan bantuan aplikasi untuk olah raga dan yoga, agar lebih terukur dan membuatku termotivasi.
Lantas apa saja contoh menu nabati? Ada banyak. Di Indonesia ada banyak makanan lezat berbasis nabati, ada pecel, gado-gado (tanpa telur), ketoprak, urap-urap, karedok, dan masih banyak lagi. Juga bisa bikin bubur sendiri dari oat, jagung, ubi, labu kuning, atau buat susu sendiri, misal susu almond.Â
Gara-gara belajar jadi flexitarian, jadinya lebih hemat karena memanfaatkan sayuran dan buah yang ada di kulkas, atau coba-coba berkreasi dengan oat dan kismis.
Oh ya aku juga mencobai makanan produk vegan. Unik-unik. Ada semacam sate taichan yang pengganti daging ayamnya itu dengan menggunakan bahan kedelai. Ada  juga rendang jamur dengan rasa dan tekstur mirip-mirip daging sapi, lengkap dengan seratnya. Mereka kreatif.
Buat minuman sendiri seperti kombinasi jus juga bisa, tomat, buah bit, dan nanas, minuman jahe serai, dan sebagainya. Jika malas membuatnya, juga bisa minuman herbal yang enak dan menyehatkan, seperti Saripati LAER.
Aku belum tahu apakah bisa konsisten hingga bulan depan dan ke depannya lagi. Yang penting tetap berupaya sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H