"You don't fool people, Stan. They fool themselves"
Nuansa mencekam dan situasi yang mengerikan bukan hanya terjadi karena penampakan ruh jahat, melainkan juga bisa dikarenakan ulah manusia yang dikuasai sisi kelamnya. Drama psikologi thriller tentang sosok mentalis disajikan oleh Guillermo del Toro lewat film anyarnya, "Nightmare Alley".
Berlatar akhir tahun 1930-an hingga tahun 1941, ketika Perang Dunia II berlangsung, seorang pemuda bernama Stan Carlisle (Bradley Cooper) nampak memasukkan jenazah ke sebuah lubang di sebuah rumah lalu membakar rumah tersebut. Ia kemudian pergi tanpa arah dan menerima pekerjaan sebagai pekerja sirkus yang dipimpin Clem (Willem Dafoe).
Ia lalu menjadi asisten mentalis bernama Zeena (Toni Collette). Selama menjadi asisten, ia mempelajari trik mentalis membaca sasarannya dari suami Zeena, Pete (David Starathairn).
Stan lalu jatuh hati pada Molly (Rooney Mara). Ketika dirasa ilmunya sebagai mentalis sudah cukup, ia mengajak Molly ke luar dari sirkus. Namun dunia luar menawarkan banyak godaan.
Nuansa Seram dari Sisi Kelam Manusia
Gara-gara melihat nama Guillermo del Toro aku jadi penasaran dengan film ini. Film ini tayang perdana di bioskop Indonesia sejak hari ini, Rabu (19/1). Telat sebulan dari penayangan di Amrik.
Aku menyukai film-film Guillermo del Toro dari "Pasific Rim", "Hellboy", " Crimson Peak", dan "The Shape of Water". Ia salah satu sutradara yang cakap dalam menciptakan nuansa yang kelam dan suram.
Dalam film ini ia menjadikan sirkus menjadi tempat menempa Stan menjadi sosok mentalis.Â
Sirkus saat matahari terang dan ketika matahari telah terbenam nampak berbeda. Saat terang, tenda-tenda, ruang pertunjukan, karavan, dan wahana permainan nampak lusuh dan kusam. Sebaliknya saat malam nampak mengundang rasa penasaran dan keinginan untuk bersuka ria.
Guillermo beberapa kali menghadirkan sosok aneh seperti monster dalam beberapa filmnya, sehingga ia tak kesulitan menghadirkan suasana sirkus yang aneh, misterius, dengan pertunjukan-pertunjukan mendebarkan, kostum unik, dan wahana-wahana menyeramkan dan menarik.
Atraksi yang rasanya seram juga terasa satir dan getir dalam film ini adalah pertunjukan manusia liar dan juga toples-toples besar berisikan bayi dan hewan yang meninggal dan diawetkan.
Pada akhir abad 19 dan awal abad 20 sirkus memang banyak menampilkan hal-hal yang bombastis. Manusia dan hewan-hewan yang mengalami disabilitas dipamerkan. Pertunjukan yang terinspirasi dari budaya timur terasa eksotis.
Ini seperti yang dikisahkan dalam novel "Elephant Man" yang mengalami perlakuan buruk selama menjadi 'pameran' di sirkus dan kisah orang-orang Jawa yang diboyong Belanda pada akhir abad ke-19 untuk dipamerkan dj World Columbian Exposition yang kerap disebut 'human zoo'.
Dialog antara Clem dan Stan menguatkan sisi jahat manusia di mana manusia merasa senang melihat makhluk yang lebih buruk dari dirinya. Bahkan mereka rela membayar untuk melihatnya.
Toples-toples jasad yang diawetkan juga memberikan perasaan aneh sepanjang film. Apalagi jasad bayi yang diberi nama Enoch dengan satu mata. Motif Clem mengumpulkannya masih kurang jelas, apakah hanya untuk atraksi ataukah untuk kepuasan dirinya.
Adegan-adegan dan dialog-dialog selama di sirkus menurutku sisi menarik dan sisi yang kuat di film ini. Ya memang situasinya terkadang nampak absurd. Batasan antara moral yang benar dan salah yang ditampilkan oleh Clem rasanya tipis.
Guillermo berhasil menghadirkan visual yang suram namun juga sinematik  di kompleks sirkus. Wahana-wahananya nampak menakjubkan dan kehidupan orang-orang sirkusnya nampak 180 derajat sebelum dan ketika tampil.
Kelokan-kelokan dalam ceritanya juga menarik, dengan dialog-dialog yang terasa getir. Seperti kata Stan kepada psikolog bernama Lilith (Cate Blanchett) bahwa ia menaruh uang di meja agar mendapatkan uang. Terasa masih relevan dengan kondisi saat ini.
Film ini menggunakan tempo yang agak lambat. Rupanya Guillermo bersenang-senang dan tak ingin buru-buru dalam bercerita.
Dari segi akting, Bradley Cooper penuh totalitas. Ia memberikan transformasi dari fisik dan karakter sepanjang film.
Pemeran lainnya seperti Cate Blanchett, Rooney Mara, Toni Collette dan Willem Dafoe juga memberikan performa yang apik. Oh iya Willem di sini masih sebagai sosok yang culas.
Guillermo tak lupa mengajak aktor favoritnya yang sering bekerja sama dengannya untuk ikut tampil. Ia adalah Ron Perlman yang di sini berperan sebagai Bruno, penampil orang kuat yang peduli kepada Molly.
Film ini banyak raih nominasi penghargaan. Salah satunya Critics Choice Movie Awards dengan delapan nominasi (di antaranya sinematografi, kostum, make up, sutradara, dan film terbaik) yang deretan pemenangnya belum diumumkan.
Film tentang sisi kelam manusia. Skor 7.5/10.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H