Dalam film ini ia menjadikan sirkus menjadi tempat menempa Stan menjadi sosok mentalis.Â
Sirkus saat matahari terang dan ketika matahari telah terbenam nampak berbeda. Saat terang, tenda-tenda, ruang pertunjukan, karavan, dan wahana permainan nampak lusuh dan kusam. Sebaliknya saat malam nampak mengundang rasa penasaran dan keinginan untuk bersuka ria.
Guillermo beberapa kali menghadirkan sosok aneh seperti monster dalam beberapa filmnya, sehingga ia tak kesulitan menghadirkan suasana sirkus yang aneh, misterius, dengan pertunjukan-pertunjukan mendebarkan, kostum unik, dan wahana-wahana menyeramkan dan menarik.
Atraksi yang rasanya seram juga terasa satir dan getir dalam film ini adalah pertunjukan manusia liar dan juga toples-toples besar berisikan bayi dan hewan yang meninggal dan diawetkan.
Pada akhir abad 19 dan awal abad 20 sirkus memang banyak menampilkan hal-hal yang bombastis. Manusia dan hewan-hewan yang mengalami disabilitas dipamerkan. Pertunjukan yang terinspirasi dari budaya timur terasa eksotis.
Ini seperti yang dikisahkan dalam novel "Elephant Man" yang mengalami perlakuan buruk selama menjadi 'pameran' di sirkus dan kisah orang-orang Jawa yang diboyong Belanda pada akhir abad ke-19 untuk dipamerkan dj World Columbian Exposition yang kerap disebut 'human zoo'.
Dialog antara Clem dan Stan menguatkan sisi jahat manusia di mana manusia merasa senang melihat makhluk yang lebih buruk dari dirinya. Bahkan mereka rela membayar untuk melihatnya.
Toples-toples jasad yang diawetkan juga memberikan perasaan aneh sepanjang film. Apalagi jasad bayi yang diberi nama Enoch dengan satu mata. Motif Clem mengumpulkannya masih kurang jelas, apakah hanya untuk atraksi ataukah untuk kepuasan dirinya.
Adegan-adegan dan dialog-dialog selama di sirkus menurutku sisi menarik dan sisi yang kuat di film ini. Ya memang situasinya terkadang nampak absurd. Batasan antara moral yang benar dan salah yang ditampilkan oleh Clem rasanya tipis.