Kedua kucing oren tersebut kuberi nama Nero. Untuk membedakannya kuberi nama lengkap, satu Nero Manis, dan lainnya Nero Nakal alias Nero Tampan. Mereka semua cicit-cicit Nero, sama-sama berbulu oren alias jingga dan sama-sama lincah.
Ya, aku sudah pernah bercerita tentang sedihnya ketika Nero telah pergi ke alam baka. Tapi Nero memang  termasuk kucing yang telah tua. Usianya hampir tujuh tahun, mungkin sudah termasuk lansia bagi seekor kucing.
Namun Nero memenuhi janjinya untuk berpamitan kepadaku. Ia juga meninggalkan warisan, cicit-cicitnya yang lahir dari rahim Kidut Cindil, dua-duanya berwarna jingga, mirip dengannya. Ia juga masih sempat makan dan duduk-duduk bareng dengan kedua cicitnya tersebut saat ia berpamitan.
Roda kehidupan terus melaju. Tak ada gunanya terus bersusah. Kini aku juga punya kucing oren, dua lagi, Nero Manis dan Nero Nakal.
Keduanya lengket sekali denganku. Apalagi si Nero Nakal. Dari fisik dan penampilan, si Nero Nakal paling mirip dengan kucingku terdahulu itu. Ada motif garis-garis di kakinya, mirip sekali dengan Nero. Kadang-kadang aku seperti melihat sosok Nero kecil ketika aku memerhatikannya.
Nero Nakal juga kucing jantan sama seperti eyangnya. Rasa ingin tahunya tinggi dan mau makan apa saja, dari makanan kering, makanan basah, hingga nasi bercampur ikan. Tak pusing urusan makanan untuk Nero. Bahkan ia doyan ubi cilembu dan jagung rebus. Namun, ia sama rewelnya seperti Nero ketika dimandikan.Â
Untungnya Nero Nakal tak suka kelahi dengan kucing jantan lainnya. Ketika ada kucing jantan menantang kucing-kucing rumah, induknya, si Kidut Cindil, yang menghadapinya. Si Nero Nakal malah lari ke dalam rumah bersama Pong.Â
Sedangkan adiknya, si Nero Manis, lebih mirip dengan induknya. Ia kucing betina dengan buku yang begitu halus dan panjang-panjang. Ia suka sekali mengikuti induknya, Kidut Cindil, kemana-mana, bahkan sesekali kulihat ia masih manja, menggelendot dan minum air susu induknya.
Nero Nakal manja sekali padaku. Ia jarang membiarkanku duduk santai sendirian. Ia suka sekali bergelung ke pangkuanku. Bahkan sering berebut bersama Opal atau Pong yang sedang ingin bermanja-manja. Biasanya ia yang menang. Jika pintu kamarku dibuka, Nero Nakal juga paling sigap berlari mendekatiku.