Dari segi visual, gradasi dan pengambilan gambarnya nyaman di mata. Adegan pembuka yakni ketika teater Mata Hari berpentas dan melakukan adegan teatrikal itu menarik. Penutup ceritanya juga menarik, terasa mengalir apa adanya.
Dari segi tempo dan dinamika, Wregas menjaga tempo bercerita dengan hati-hati. Ia tak ingin membuka tabir dengan cepat atau terlalu lamban. Tempo diaturnya agar penonton tetap merasa penasaran, dengan sesekali petunjuk diberikan.
Jajaran pemainnya juga memberikan penampilan yang apik. Akting Shenina semakin matang. Sebelumnya ia tampil di "Di Bawah Umur" Â dan "Ratu Ilmu Hitam". Pemeran lainnya seperti Chicco Kurniawan, Jerome Kurnia, dan Lutesha juga makin luwes berakting. Dea Panendra sebagai Anggun, sutradara teater, juga masih pantas jadi anak mahasiswa. Oh iya juga ada penampilan dari Lukman Sardi, Ruth Marini, Rokman Rusadi, Donny Damara, Yayan Ruhian, Tanta Ginting, dan Adipati Dolken.
Namun apresiasi tertinggi bagiku untuk film yang diproduksi Rekata Studio dan Kaninga Pictures ini adalah ide ceritanya, mesin fotokopi. Tak kusangka mesin fotokopi bisa dijalin menjadi sebuah cerita yang menarik.
Film ini mulai tayang di Netflix 13 Januari 2022. Durasinya berkisar dua jam 10 menit. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H