Cinta bukan hanya tentang perasaan menyayangi lawan jenis. Cinta juga bisa bermakna cinta antara orang tua dan anaknya, dan juga tentang cinta sesama saudara kandung. Kisah cinta dengan isu alzheimer dan pinjaman online ini tersaji dalam film "Cinta Pertama, Kedua & Ketiga".
Film ini berfokus pada sosok Raja (Angga Yunanda) dan Asia (Putri Marino). Raja yang memasuki 23 tahun belum mendapatkan pekerjaan yang mapan. Ia tinggal bersama ayah (Slamet Rahardjo) dan neneknya (Elly Luthan), merawat mereka. Sang nenek menderita alzheimer sehingga perlu ditemani oleh perawat dan juga mendapatkan perhatian ekstra.
Si ayah sendiri juga mulai mengalami masalah kesehatan. Ketika Raja membawanya ke rumah sakit ia berjumpa dengan pasien perempuan bernama Linda (Ira Wibowo). Sedangkan Raja berpapasan dengan Asia.
Si ayah langsung merasa dekat dengan Linda. Ia ingin menikahinya. Tanpa ia ketahui, putranya sebenarnya juga naksir Asia yang rupanya putri semata wayang Linda. Apa yang akan terjadi kemudian?
Sebuah Drama Keluarga yang Sayangnya Agak Datar dan Kurang Fokus
Ada banyak hal yang ingin diungkapkan oleh Gina S. Noer ("Dua Garis Biru") sebagai sutradara dan penulis naskah.
Yang pertama ia ingin menyampaikan cinta bukan hanya hubungan romantis antar lawan jenis. Dalam film ini tokoh Asia dan Raja memendam mimpinya karena ingin menjaga orang-orang yang disayanginya. Asia merasa kuatir terhadap ibunya yang survivor kanker, sedangkan Raja juga punya rasa cemas ketika melihat ayahnya yang kadang-kadang nampak kebingungan.
Hal yang sama juga dirasai oleh sosok ayah. Ia tak ingin menjadi beban anak-anaknya.
Pesan kedua dalam film ini yakni soal pinjaman online (pinjol). Ada karakter yang terpaksa meminjam uang dengan cara instan di pinjol. Tak dinyana bunganya begitu besar. Dalam waktu singkat utangnya bertambah. Ketika ia belum mampu melunasi utangnya, si debt collector menghubungi orang-orang yang ada di kontaknya, membuatnya merasa malu dan nelangsa.
Pesan ketiga dalam film ini yakni menghadapi mereka yang mengalami alzheimer. Penyakit alzheimer bisa membuat si penderita sudah tak mampu mengingat sesuatu. Penyakit ini rupanya juga bisa ada karena faktor keturunan alias genetik.
Menghadapi anggota keluarga yang mengalami alzheimer harus benar-benar ekstra sabar dan juga punya cukup wawasan dalam menghadapinya. Di Indonesia penderita alzheimer cukup banyak. Pada tahun 2016 ada 1,2 juta penderita alzheimer di Indonesia berdasar data Kemenkes.
Dalam film ini Putri Marino sangat menonjol. Ia memerankan sosok Asia yang bekerja sebagai penari. Putri mampu menari hip hop dengan lincah dan menyakinkan. Sepertinya karier Putri di perfilman nasional pada tahun ini dan tahun-tahun mendatang akan semakin gemilang. Ia luwes dan mampu memerankan berbagai karakter yang beragam.Â
Sementara pemeran lainnya, seperti Angga Yunanda, Ira Wibowo, dan Slamet Rahardjo juga memberikan penampilan yang apik. Elly Luthan juga menarik perhatian sebagai sosok nenek alzheimer yang masih lincah.
Hanya dari segi usia dan penampilan, Slamet Rahardjo agak ketuaan sebagai sosok ayah Raja, ia lebih cocok jadi sang kakek. Angga Yunanda sendiri juga nampak masih imut jika dibandingkan dengan sosok Putri Marino yang matang.
Lagu-lagu dalam film juga enak didengar. Ada "Pertama" dari Reza yang menjadi pengiring ketika Asia menari.
Namun film ini relatif datar, kurang jelas fokusnya ke mana hingga dua pertiga cerita. Ada bagian yang Gina seperti hilang arah dan hilang fokus, ceritanya mau dibawa ke mana.
Alhasil filmnya jadi terasa panjang meski durasinya sebenarnya 112 menit. Penyelesaian kisahnya juga kurang bisa menjawab problema yang dimunculkan sepanjang film.
Oh iya film ini tayang di bioskop sejak Kamis, 6 Januari 2022. Tadi aku menontonnya bersama teman-teman admin KOMiK. Ada Linda, Noval, dan Humaidy. Nonton sekaligus launching singkat dua buku karya Komiker melalui IG Live.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H