Bagaimana dengan di Jakarta?
Di Jakarta dulu ada begitu banyak penjual buku bekas. Rasanya perlu peta penjual buku bekas jika ingin melakukan petualangan menemukan buku unik dan menarik. Di bagian selatan Jakarta ada penjual buku di Blok M Plaza, Blok M Square, dan Pasar Festival.Â
Di Jakarta Pusat, ada di dekat Bioskop Taman Ismail Marzuki, Kwitang, Kramat, dan di Terminal Senen. Di Jakarta Timur ada di sebuah sudut di Taman Mini. Lalu di Depok ada di kawasan Pondok Cina, dekat Stasiun Pondok Cina alias Pocin.
Yang paling sering kudatangi dulu di kawasan Jakarta Pusat, di Kramat, Kwitang, dan Terminal Senen karena lokasinya tak jauh dari tempat kerja dan kosan lama yang terletak di bilangan Cempaka Putih.
Zaman itu masih banyak kopaja dan metro mini, juga mikrolet. Sekali naik bisa langsung sampai ke tujuan. Pulangnya bisa naik bajai bila bawa buku banyak.
Rute favoritku ke Kramat dulu, lalu jalan kaki ke Kwitang. Jika tas belum berat dan uang saku tinggal buat ongkos pulang, maka belum waktunya pulang. Aku sekalian mampir ke Terminal Senen sekalian pulang dengan naik 07 atau 03.
Di Kramat buku-bukunya banyak sastra dan novel Indonesia. Aku mendapatkan buku-buku Umar Kayam dan Anton Chekhov di sini. Oh aku juga dapat buku "Aku"-nya Chairil Anwar di kawasan ini.
Sedangkan di Kwitang bukunya beragam. Di Kwitang jika kita pandai menawar maka bisa dapat buku banyak dan bagus-bagus. Aku ingat aku dapat koleksi lengkap "Chibi Maroko-Chan" di sini, masih seperti baru.
Di Terminal Senen itu penjualnya juga lumayan banyak. Namun memang kawasan ini dikenal banyak preman dan copet, jadinya harus was-was. Kalau ke sini aku suka tak bawa hape dan dompet. Uang saku kusebar di beberapa tempat.
Yang banyak diburu di tempat ini adalah buku-buku tes Toefl. Namun jika jeli ada sekian banyak buku unik di sini. Aku menemukan buku Bun Kelinci yang lucu karya Enid Blyton di sini. Juga ada novel "Pintu Terlarang" yang kemudian diadaptasi oleh Joko Anwar di sini.