Piring kue itu masih tersimpan di almari. Piring bundar ceper dengan hiasan beberapa bunga di satu sisi. Piring yang kubeli sekian waktu lampau buat hadiah ibu.
Ingatanku melalang buana menuju ke sebuah masa. Ketika aku masih mengenakan seragam merah putih. Entah kelas tiga atau empat SD. Ingatanku mulai kabur.
Saat itu aku berniat membelikan hadiah buat ibu. Seusai bel tanda sekolah berakhir, aku tak segera pulang ke rumah. Melainkan ke sebuah toko yang disebut toko serba ada.
Pada masa itu supermarket masih jaramg di kota Malang. Minimarket juga belum merajalela. Sehingga kehadiran toko serba ada rasanya penting di lingkungan kami.
Meskipun tokonya tidak seberapa besar, hampir semuanya ada di sana. Rasanya tak puas mata memandang benda-benda apa saja yang ada di sana.
Ada kue-kue kaleng yang nampak mewah. Boneka-boneka plastik dengan gaun yang indah. Aneka permen cokelat yang menggoda. Alat tulis dengan gambar yang lucu-lucu, juga ada beberapa sepatu, peralatan makan, dan masih banyak lagi.
Saat itu mengunjungi toko serba ada rasanya menyenangkan. Apalagi bila bersama ayah atau ibu. Biasanya aku mendapatkan snack atau alat tulis. Itu sungguh menyenangkan.
Aku melangkah ke toko serba ada ini seorang diri. Sengaja aku tak mengajak kawan karena aku ingin memilih hadiah ibu dengan leluasa.
Semalam aku sudah membongkar celenganku berbentuk lebah. Ia modelnya bongkar pasang, sehingga mudah sekali uang tabunganku kuambil, tanpa perlu memecahkannya atau mencari kuncinya
Tak banyak uang tabunganku yang ada di sana. Oleh karenanya aku penasaran benda apa yang bisa kubawa pulang untuk hadiah ibu.