"If you ignore little things
they become big problems" - Rohinton Mistry
Seyogyanya manajemen Kompasiana mulai bersikap waspada ketika para Kompasianer mengeluhkan hal yang sama. Tampilan yang tak nyaman, jumlah view yang berkurang, komunitas yang sepertinya dibiarkan berkembang sendirinya dan sebagainya. Namun alih-alih mengajak duduk bersama dan memberikan solusinya, manajemen Kompasiana lebih memilih memoles dirinya dengan angka-angka yang nampak fantastis. Program yang nampak wah pun diluncurkan.
Tapi... winter is coming...
Ada sesuatu di bawah sadar, sebelum ada email dari mas Nurulloh tentang penjelasan hadiah Kompasiana Awards, yang mengisyaratkan sesuatu. Kompasiana sepertinya sedang tidak baik-baik saja.
Hal ini seperti dijelaskan juga dalam artikel bang David, ada semacam kontradiksi. Hadiah Kompasiana Awards terpangkas separuhnya. Lalu ada alasan di baliknya karena Kompasiana mulai mengalami kesulitan finansial. Ini kontradiktif, bukankah view mencapai angka yang luar biasa? Bukankah jumlah anggota baru mencapai 200 persen dan bukankah pembagian K-rewards pernah mencapai Rp7 juta untuk satu orang?!
Bukan, bukan berarti aku menganggap ide program Kompasiana Hub itu buruk. Tidak aku sebenarnya malah menyukainya dan mendukungnya. Malah kenapa tidak dari dulu-dulu? Dengan catatan program content extention ini juga berlaku untuk semua Kompasianer, tanpa membedakan Kompasianer lawas atau baru, Kompasianer tua atau muda.
Untuk yang program talent pool ini juga menarik bagi adik-adik dan anak-anak kita. Aku juga mendukungnya.
Lebih baik mulai mengerjakannya meski terlambat karena kompetitor sudah menginisiasinya. Dan mereka telah menuai manfaatnya.
Sebelum membahas tentang kompetitor (jika artikel ini kepanjangan, maka kajian posisi Kompasiana di tengah-tengah kompetitor akan saya ulas di artikel selanjutnya), maka ijinkan saya untuk membahas tentang program-program Kompasiana yang pernah hadir di tengah kita.