Lantas kenapa kira-kira tidak banyak warganet yang tertarik membaca Kompasiana? Ehm mungkin karena iklannya yang terlalu banyak dan cara membaca Kompasiana yang tak lagi nyaman.
Iklan di Kompasiana begitu banyak dan kadang-kadang sulit ditutup. Belum lagi jika ada video Kompas TV yang suka otomatis nongol. Aku pernah kaget buka web Kompasiana saat di luar rumah. Bunyi videonya kencang banget.
Cara membaca Kompasiana yang berhalaman-halaman juga bikin tak nyaman. Artikel bisa dilihat semuanya baru halaman ketiga dan ini sebenarnya sungguh menyiksa.
Pembaca kok disiksa sih. Padahal katanya ingin meningkatkan literasi dan budaya membaca. Kalau pembaca enggan datang karena merasa tidak nyaman, lalu bagaimana?
Aku pernah bertanya ke beberapa teman, mereka mengaku merasa tak nyaman gara-gara iklan dan cara baca artikel yang harus banyak klik 1,2,3 tersebut. Â
Dari data Alexa, tingkat bounce rate Kompasiana cukup tinggi. Bounce rate adalah angka persentase pengunjung web yang memutuskan untuk pergi tanpa membuka halaman kedua atau halaman lainnya. Bisa jadi mereka malas membuka halaman kedua karena merasa proses membacanya tidak nyaman.
Bounce rate Kompasiana mencapai 65,7 persen. Sedangkan rata-rata kompetitor 61,5 persen. Angka aman sendiri adalah sekitar 40-60 persen, dan yang baik tentunya di bawah 40 persen.
Ini bisa jadi buah simalakama. Pilih iklan dan page view atau pembaca nyaman dan kemudian banyak berdatangan.
Tapi iklan juga bisa tetap banyak lho, asal penempatannya rapi dan mudah ditutup. Di beberapa web manca, artikel hanya muncul setengah, lalu klik di bawahnya baru muncul semuanya. Sehingga cukup klik sekali bisa muncul seluruh artikel, tidak klik dua kali dulu baru muncul artikel selengkapnya.
Oleh karena kepanjangan dan aku ingin mengerjakan tulisan di blog pribadi, maka kututup dulu sekian. Omong-omong Kompasiana terlempar lho di 50 website Indonesia terpopuler, kalah dengan kompetitornya.
 Bersambung...