Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Apakah Kompasiana Baik-baik Saja? (1)

25 Desember 2021   23:30 Diperbarui: 25 Desember 2021   23:33 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafik pertumbuhan konten dan Kompasianer baru (dok. Kompasiana)

Artikel ini memberikan reaksi beragam. Terutama dari Kompasiner yang usianya 24 tahun ke atas. Apakah dengan ini Kompasianer yang tidak lagi muda akan disisihkan?

Artikel mas Nurul memang di awal tayang berkesan ambigu, kemudian artikel diubah dengan penambahan 'tua muda, setengah tua, setengah matang'). Karena di awal-awal lebih banyak menyebutkan kobtribusi kompasianer yang berusia 18-24 tahun sehingga kesannya program baru ini hanya untuk Kompasianer muda. Meskipun di komentar dan kemudian ditambahkan di artikel, ia menjelaskan semua Kompasianer bisa mengikuti program pertama.

Oke, itu baru pemanasan,  sekarang siapkan seatbelt, kita mulai analisanya. Untuk yang analisa Kompasiana Hub, akan kuulas mendalam di artikel selanjutnya.

Motivasi Menulis di K 

Sudah jadi rahasia umum apabila banyak kompasianer baru bermunculan karena adanya tugas dari sekolah dan yang kedua karena ada imimg-iming K-rewards. Adanya K-rewards ini ibarat dua sisi koin. Di satu sisi menarik minat untuk bergabung dengan Kompasiana dan membuat artikel yang bisa mengundang banyak view. Namun sisi lainnya, hal ini kemudian mengundang beberapa Kompasianer yang kemudian ditengarai menggunakan cara yang sebenarnya kurang etis.

Nah andaikata K-rewards dihapus apakah para Kompasianer yang bermotif K-rewards bakal bertahan. Apakah mereka mau menulis di Kompasiana juga tidak ada K-rewardsnya.

Ya adanya jumlah Kompasianer baru yang melonjak, hingga 1,6 juta, bisa membuat performa pengelola K nampak gemilang. Ini lho datanya ada banyak Kompasianer yang baru, rata-rata pun masih muda. Angka ini hampir 200 persen lho jika melihat data pertumbuhan jumlah Kompasianer yang dibagikan mbak Widha.

Tapi bagaimana jika itu hanya sebuah angka sesaat. Bagaimana bila K-rewards dihapus. Apakah angka tersebut masih riil, atau hanya sebuah angka fiktif. Di sistem nampaknya masih ada 2,4 juta Kompasianer. Tapi riilnya jangan-jangan hanya 10 persennya.

Ok mba Widha membagikan bahwa motivasi menulis di Kompasiana yang ingin meraih K-rewards tinggi hanya 13 persen dengan berbekal teknik optimasi konten. Selintas sedikit, lainnya motivasinya murni menulis.  Tapi di angka 13 persen itu ada kata berbekal kemampuan SEO, lantas berapa jumlah Kompasianer yang fokus mengejar K-rewards tapi tidak punya ilmu SEO?

Selama ini K seolah-olah selalu bangga dengan pencapaian jumlah view dan jumlah Kompasianer baru. Tapi mereka melupakan satu hal yang penting, yakni Kompasianer yang selama ini setia dan kemudian menghilang karena sudah merasa tak nyaman dengan perubahan di K.

Ini seperti ketika kita berjualan, karena diminta terlihat berperforma tinggi, maka kemudian strategi bisnis berubah, fokusnya ke pelanggan baru. Bagaimana pelanggan baru bisa banyak, misalnya dengan iming-iming diskon. Tapi kemudian kita lupa dengan pelanggan loyal, pelanggan yang hadir sejak perusahaan mulai tumbuh. Pelanggan loyal yang hadir sudah lama tersebut lama-kelamaan merasa tersisihkan dan beralih ke kompetitor atau mendirikan usaha sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun