Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Apakah Kompasiana Baik-baik Saja? (1)

25 Desember 2021   23:30 Diperbarui: 25 Desember 2021   23:33 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angka bounce rate Kompasiana (di tengah) cukup tinggi (sumber: Alexa.com)

Buku Kang Pepih masih ada di rak bukuku (dokpri)
Buku Kang Pepih masih ada di rak bukuku (dokpri)

Awal mula Kompasiana sendiri banyak dikisahkan Kang Pepih Nugraha dalam bukunya, "Etalase Warga Biasa". Dalam buku tersebut, ia banyak bercerita tentang perjuangannya mendirikan dan mengembangkan Kompasiana yang dirasanya tidak mudah. Ia dulu berupaya keras membujuk rekan-rekannya sesama wartawan untuk menyumbang tulisan di sini.

Namun lambat laun ia mendapatkan buah dari jerih payahnya. Kompasiana kemudian dikenal sebagai platform jurnalisme warga yang populer dan disegani. Namun sejak tahun 2013, Kompasiana telah berhasil menarik sekitar 200 ribu Kompasianer dan menghasilkan 866.767 tulisan.

Kompasiana itu disebut etalase warga karena menyajikan berbagai tulisan rupa-rupa dari warga. Ia memiliki gaya bahasa yang personal dan lugas. Di sini para Kompasianer sederajat walaupun tidak sedikit penulis dari tokoh-tokoh penting. Aku menemukan tulisan wikipediawan Ivan Lanin, ekonom Faisal Basri, dan mantan Wapres Jusuf Kalla di Kompasiana. Pak Faisal Basri termasuk yang rajin menulis, artikelnya sudah mencapai 414 buah, namun akung ia mulai vakum menulis sejak 16 Agustus 2017.

Hal Menarik di Kompasiana 

Apa sih yang menarik dari Kompasiana saat itu? Artikelnya memiliki tema yang beragam. Para penulisnya juga memiliki latar belakang yang bervariasi, dari yang masih remaja SMA hingga mereka yang telah berpengalaman di bidang tertentu.

Artikel di Kompasiana itu juga jarang didapatkan dari media lainnya. Poin ini patut kugarisbawahi. Artikel Kompasiana itu khas, terkesan lebih serius daripada rata-rata tulisan di platform UGC lainnya.  Bahasannya umumnya detail, sudut pandang dan bahasannya sangat jarang ditemui di tempat lainnya.

Soal politik dan ekonomi, misalnya. Kajian mendalam dari mas Yon Bayu tentang politik dan Pak Isson Khairul tentang ekonomi, bakal susah didapatkan dari media lainnya. Tulisan tentang serba-serbi Turki pun juga bakal jarang didapat di tempat lain kecuali dari mba Muthiah yang memang pernah lama tinggal di sana.

Yang ringan pun juga sama. Tulisan tentang kehidupan Pak Tjip dan Bu Tjip sejak jaman susah hingga mapan pun itu sesuatu yang menarik. Demikian juga dengan artikel musik dari mbak Ika Septi atau perjalanan keliling masjid ke masjid di berbagai negara ala Pak Taufik Uieks. Itu sesuatu yang unik.

Itulah Kompasiana. Ia memiliki ciri khas, sesuatu yang mungkin tak dimiliki media online dan platform UGC lainnya. Temanya beragam, personal, dan tiap penulis punya ciri khas. Kompasiana ibarat pemimpin dan penentu tren di ceruk ini. Tak sedikit artikel yang kemudian menjadi rujukan media dan penelitian.

Lainnya yang unik dari Kompasiana adalah budaya nangkring dan komunitasnya. Inilah wadah yang membuatku akrab dengan mas Rahab, mbak Indah, mbak Muthiah, Windhu, Nisa, Pak Sutiono, Pak Agung, mba Yayat, Andri, Reno, dan Kompasianer lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun