Dialog-dialognya masih khas Ernest. Ciri khas Ernest dengan gurauannya yang kerap berlebihan masih dipertahankan. Demikian pula halnya dengan kritik sosial yang diselipkan di sana-sini.
Sheila Dara berupaya keras memberikan penampikan sebagai sosok gadis yang berselubung misteri. Tidak mengecewakan  namun sedikit terasa berlebihan. Aktingnya lebih terasa menggigit ketika ia menjadi Aurora dalam "NKCTHI".
Di sini Dion Wiyoko dan Morgan Oey juga tidak sememikat biasanya. Mungkin peran dan dialog mereka yang membatasi mereka untuk mengeksplorasi peran.
Sebenarnya pusat perhatian dari kisah "Teka-teki Tika" ini adalah Budiman. Ferry Salim memerankannya dengan optimal. Ada adegan di mana ia berhasil menunjukkan rasa ketakutan dan kerapuhannya.
Sayangnya Whani Darmawan dan Ayu Laksmi hanya mendapat peran kecil di sini. Meski demikian kehadiran mereka cukup memberi warna di film ini.
Dari segi visual, tone warna dan kualitas grafisnya nyaman dilihat. Namun ada beberapa pengambilan gambar yang entah kenapa malah membuat film ini terkesan seperti sinetron di layar gelas.
Hal yang sama dengan divisi skoring musiknya. Komposisi musiknya yang digarap Aghi Narottama berhasil memberikan nuansa misteri. Hanya di beberapa bagian volumenya kencang dan porsi musiknya agak kebanyakan.Â
Kabar baiknya, tembang dari Isyana Sarasvati berjudul "I'l Sogno" membuat pendengar seolah-olah terbang ke alam mimpi.
"Teka-teki Tika" tayang mulai hari ini, Kamis (23/12). Namun karena layar masih didominasi film "Spider-Man: No Way Home", maka tak semua bioskop memutarnya.
Film "Teka-teki Tika" mungkin tak sempurna. Namun setidaknya penonton mendapatkan tontonan yang terasa baru dan segar. Tidak film komedi dan horor belaka.