"Dari penginapan tersebut kalian akan dapat menikmati panorama Rinjani," terang Fatin, pemuda asli Lombok yang menjadi pemandu kami. Aku langsung antusias apalagi mendapati penginapan ini berupa  cottage yang menghadap pegunungan.
Setiap cottage memiliki teras dengan kursi santai. Di dalamnya ada kasur yang lebar dan kamar mandi yang luas. Juga ada televisi dan peralatan membuat minuman. Wah benar-benar nyaman. Aku bisa membuat tulisan ditemani minuman hangat dan siaran televisi.
Seusai bersih-bersih kami pun makan malam. Acara makan malam semakin meriah karena ada pertunjukan tari-tarian tradisional khas Sembalun dengan diiringi musik yang alat musiknya dipertahankan sejak tahun 1428 M. Pertunjukan tari dan musik ini dibawakan oleh Sanggar Darma Mas.
Ada tiga jenis tarian khas Sembalun yang dipertunjukkan. Yang pertama adalah tarian yang menunjukkan gerakan seperti menenun. Tarian ini dilakukan oleh para remaja perempuan.
Tarian berikutnya lebih rancak dibawakan oleh para pria. Namanya tari Tandang Mendet dengan tembang Pangkureok. Tarian ini sudah ada sejak tahun 1428M, biasanya dipertunjukkan saat upacara adat Ngayu-ayu.
Tarian ini bercerita tentang keberhasilan penduduk Sembalun mempertahankan bibit padi merah dari serangan hama dan jin. Tarian ini dibawakan oleh penari pria dengan tangkas.
Tarian terakhir dilakukan sepasang penari pria dan wanita. Ia merupakan tari peminangan. Tarian yang indah dan berkesan romantis.
Alat musik tradisional yang digunakan merupakan alat musik yang sudah ada sejak tahun 1428M. Di antaranya ada gendang beleq, pereret, gong, dan kenong.
Kami menikmati tarian sambil makan malam. Masakannya lezat. Juga disajikan pempek yang merupakan titipan dari komunitas Kompal kepada teman-teman kompasianer.Â