5. Perkenalan Yuni dan orang-orang yang Menaksirnya
Yuni memang cantik dan menarik. Tak heran banyak yang naksir kepadanya. Ada sosok Iman yang langsung ingin melamarnya. Di sini pertemuan antara Yuni dan pria-pria yang menyukainya lebih tergali.
Demikian pula dengan Yoga (Kevin Ardilova). Karakter Yoga juga lebih tereksplorasi di sini.
6. Sisi Puitis
Dari sisi puitis, ada banyak puisi yang muncul baik di film bioskop maupun versi festival. Namun menurutku sisi festival lebih puitis.
Nah di versi bioskop ada adegan yang menarik tentang Yuni yang melihat versi dirinya yang berbeda. Menurutku ini adegan yang unik dan pas menggambarkan dilema yang dihadapi si Yuni.
7. Ending yang Multiintepretasi
Yang juga mengejutkan, adegan penutup "Yuni" juga berbeda. Kedua-duanya bisa multiintepretasi. Hanya versi bioskop lebih surealis, seperti mimpi. Pas dengan lagu yang muncul di situ yaitu lagu "Mimpi"-nya Anggun. Di versi festival, lagu penutupnya seingatku "Hujan Bulan Juni" yang menguatkan sisi puitisnya.
Versi festival lebih puitis dan versi bioskop lebih detail dalam menyuarakan sisi sosial kultural. Kedua-duanya sama-sama bagus. Â Film besutan Kamila Andini ini patut ditonton. Jangan sampai cepat turun layar tergeser oleh "Spider-Man"
Omong-omong versi mana yang digunakan untuk dikirimkan ke Oscar ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H