Dodol rumput lautnya buatan sendiri, tidak begitu kenyal, namun tetap enak. Keripik kolang-kalingnya gurih dan renyah, rasa dan aroma kolang-kalingnya sepertinya sudah hilang. Ia jadi seperti keripik kentang kombinasi keripik puli.
Keripik kolang-kalingnya juara, ada rasa original dan pedas manis. Dua-duanya enak. Harganya juga tak mahal, Rp 10 ribu perbuah. Nyesal juga tak beli banyak.
Dodol terung ungunya memiliki rasa agak mirip dengan jenang Kudus. Aroma dan rasa terung rasanya sudah hilang ketika berbaur dengan rumput laut, tepung beras, tepung ketan, gula aren, santan, dan mentega.
Wedang mulagantinya ini juga juara dan saya rekomendasikan untuk dibeli. Dalam bahasa Sasak, muleganti artinya benar sekali.
Wedang ini sedap diminum hangat atau dingin. Ketika dingin akan seperti jeli karena mengandung rumput laut. Bahannya ada secang, daun serai, kunyit, jahe merah, gula semut, gula pasir, dan tepung rumput laut.
Ketika kemarin badan kurang fit, saya minum ini malamnya, besoknya sudah kembali segar. Enak dan bisa untuk jaga kesehatan.
Di acara ini juga dipamerkan produk terbatas dari seniman pangan Lombok. Ada gulai lemak, mie rumput laut shirataki, sambal Taliwang, daun ashitaba bubuk, kue kering cascara, dan keripik kacang hitam, juga selai jamblang rumput laut. Sayangnya tidak ada tester dan belum dijual resmi di pasaran.
Bawang Putih dan Beras Merah dari Rinjani
Di bawah Rinjani banyak warga yang bertanam bawang dan beras merah varietas lokal. Mba Hany, kompasianer Yogya, membeli seikat bawang putih yang bisa jadi obat dan juga beras merah.