Dari Mesir ada kisah gadis yang tertekan karena kerasnya dinamika sosial sehingga ia kemudian bunuh diri. Cerita tragis ini tersaji dalam film "Souad" yang berdurasi 95 menit.
Dari Malta ada "Luzzu". Film ini bercerita tentang nelayan yang diiming-imingi tawaran menjual perahu kayunya dan terlibat di operasi pasar gelap ikan yang merusak ekosistem Mediterania.
Animasi diwakili film "Nussa" dan film animasi pendek berjudul "Cipak-Cipuk" (Splish Splash). Film kedua hanya berdurasi sembilan menitan tentang kakal beradik dan sebuah pusaka keluarga. Oh ya juga ada "Diponegoro 1830" yang disajikan dalam animasi 17 menitan.
Dalam Jakarta Film Week juga diadakan masterclass atau semacam workshop film dan diskusi film, serta interaksi antara komunitas film dan industri perfilman.
Festival Film  Madani dan Pre-Event Japan Film Festival Juga Dihelat Bulan Ini
Festival Film Madani juga diselenggarakan bulan ini, tepatnya 27 November - 4 Desember dengan film-film tentang celebrating moslem diversity, untuk merayakan Islam sebagai sumber bimbingan hidup dan ekspresi budaya.
Tahun ini temanya adalah "Light, Sufism and Humor" yang bisa dimaknai cahaya penerang dari kegelapan situasi pandemi yang berkepanjangan juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang jenaka dan memberikan keceriaan.
Belum ketahuan daftar filmnya. Biasanya selain pemutaran juga ada diskusi film.
Sedangkan pre-event JFF dihelat pada 15-21 November secara daring. Film-film yang diputar ada animasi, dokumenter  dan live action drama yang pernah diputar pada JFF 2020. Film-film tersebut adalah "Little Night, Little Love", "Dance With Me", "Gon  The Little Fox", "Tora-san in Goto", dan "The Great Passage".
Saya sendiri belum menyaksikan dokumenter "Tora-san in Goto" dan drama tentang perjuangan membuat kamus dalam "The Great Passage" pada tahun lalu. Ini bisa jadi kesempatan sebelum menyaksikan JFF nantinya yang tahun ini diadakan 14-28 Februari 2022.