Namun kekuatan utama film ini sebenarnya terletak pada akting kedua pemain utamanya, Nirina Zubir dan Lukman Sardi sebagai pasangan suami istri. Ini peran pasutri kedua yang mereka lakoni setelah film serial Goplay berjudul "Saiyo Sakato".
Berbeda dengan perannya di film serial tersebut  Lukman Sardi di sini berhasil memerankan sosok suami yang brangasan. Mulutnya terlihat fasih mengeluarkan kata-kata cacian dan ancaman. Ia juga terlihat berbahaya dengan senjata andalannya.
Lukman Sardi rupanya juga piawai dalam melakukan adegan kekerasan. Ia pernah melakukannya di film "27 Steps of May" sebagai petinju ilegal dan di film ini ia melakukan aksi brutalnya dengan meyakinkan.
Saya sebagai penonton ikut ketar-ketir dan kesal setiap kali ia muncul. Apalagi ia juga cerdik, tak hanya bermodal otot.
Namun, pusat perhatian dalam film ini adalah Nirina Zubir sebagai istri yang paranoid. Ia langsung merasa panik dan sesak nafas ketika ia merasa jejaknya ketahuan kawan-kawan suaminya. Penonton bisa ikut merasai rasa was-wasnya tersebut.
Nirina berhasil menyampaikan dengan bahasa tubuhnya, bagaimana sikap istri yang trauma mendapat perlakuan kasar dari suaminya. Tak heran apabila ia mendapat nominasi piala Citra 2021 sebagai pemeran utama wanita terbaik, meski gagal meraihnya.
Nirina sendiri memiliki daftar panjang penghargaan. Ia pernah meraih piala Citra lewat perannya dalam film "Heart" pada FFI 2006 dan juga mendapat nominasi di "Kamulah Satu-satunya" dan "Silent Hero(es)" pada FFI 2007 dan 2014.
Riri Riza juga berupaya menampilkan detail awal mula kesialan yang dialami Dina, diawali dengan mobilnya yang tak sengaja menabrak kucing, di mana ada keyakinan di sebagian kalangan bahwa menabrak kucing bisa berujung kesialan.
Namun film ini tak sempurna. Ada beberapa hal yang membuat film ini terasa kurang. Ada beberapa dialog yang janggal dan berasa kurang natural ketika Laura bercakap dengan Raka, misalnya. Lalu  misteri benda yang disebut-sebut berharga itu kurang tergali. Namun dari segi menghadirkan suspence-nya, Riri cukup berhasil.
Oh iya mending buruan nonton film ini karena saya juga was-was filmnya bakal cepat turun layar. Kemarin, hari pertama penayangan film ini, jumlah penontonnya tak banyak. Satu studio kemarin hanya terisi tak sampai 10 penonton. Jumlah penontonnya kalah jauh dengan studio sebelah yang memutar "Eternals".
Film "Paranoia" ini bagus. Kalian akan mendapatkan suguhan genre yang jarang di film Indonesia.