Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Penyalin Cahaya" Raih Film Terbaik FFI, tapi Wakil ke Oscar adalah "Yuni"

11 November 2021   10:03 Diperbarui: 11 November 2021   14:20 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Penyalin Cahaya" Cetak Rekor Perolehan Piala Citra (sumber gambar: Kompas.com)

Ketika film "Yuni" terpilih sebagai wakil Indonesia ke ajang Academy Awards 2022, banyak yang memprediksikan film ini bakal meraup banyak piala Citra di Festival Film Indonesia 2021. Setidaknya meraih film terbaik. Namun kejutan, "Penyalin Cahaya" lah yang memborong piala bahkan mencetak rekor dengan meraih 12 piala dari 17 nominasi FFI.

Film "Yuni" dari 14 nominasi hanya berhasil mendapatkan satu piala Citra melalui kategori pemeran utama wanita terbaik oleh Arawinda Kirana. Ini membuat banyak asumsi di kalangan masyarakat awam.

Tentunya reaksi pertama pecinta film Indonesia adalah kagum dengan pencapaian Wregas Bhanuteja dengan film panjang pertamanya. "Penyalin Cahaya" adalah debut Wregas sebagai sutradara film panjang yang langsung mencetak rekor penghargaan FFI. Sejauh ini perolehan piala terbanyak adalah 10 piala Citra dalam film "Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak".

Setelah itu, momennya juga pas. Baru saja terbit Permendikbud 30/2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual. Nah, di FFI tadi malam Mendikbudristek Nadiem Makarim mengumumkan pemenang kategori film terbaik, "Penyalin Cahaya",  yang isinya memiliki pesan tentang isu kekerasan tersebut.

Saya sendiri belum menonton film "Penyalin Cahaya" sehingga tidak bisa berkomentar, namun film ini telah tayang di festival film mancanegara, seperti Busan International Film Festival. Dari trailer memang nampak menarik. Judulnya juga menggelitik. Film ini bakal ditayangkan di Netflix pada 13 Januari 2022. Tapi juga tak tertutup kemungkinan bakal tayang di bioskop.

Reaksi kedua ada pihak yang menganggap pemilihan "Yuni" sebagai film terbaik akan membuat ada pihak-pihak yang mengira FFI ada konflik kepentingan. Ketua Bidang Penjurian FFI 2021 adalah Garin Nugroho. Sedangkan "Yuni" adalah film besutan putrinya yaitu Kamila Andini. Meski ada 15 juri film panjang di tahap akhir yang melakukan penilaian dan tak ada nama Garin, andaikata "Yuni" menang, bisa jadi tetap ada pihak yang nyinyir atas kemenangan tersebut.

Nah, reaksi ketiga dari sebagian pecinta film Indonesia adalah apakah pendaftaran kategori best international feature film dikejar waktu sehingga saat itu dewan juri FFI belum selesai melakukan penilaian. Alih-alih mendaftarkan film terbaik FFI, komite seleksi Oscar kemudian langsung memilih "Yuni" yang telah meraih penghargaan di TIFF dan tayang di berbagai festival mancanegara pada 15 Oktober 2021.

Ini bisa jadi.

Tim juri FFI dan komite seleksi Oscar adalah tim yang berbeda sehingga proses dan waktu penilaiannya bisa jadi berbeda. Tapi apakah orang-orang di dalamnya sama, saya juga belum tahu. Yang jelas ketua dewan jurinya berbeda. Ketua komite seleksi Oscar 2021 adalah Hanung Bramantyo.

Tim juri FFI pada tahap akhir melakukan proses penilaian sejak 10 Oktober 2021. Namun sebenarnya penutupan pendaftaran untuk seleksi Oscar baru 1 November 2021 untuk diumumkan shortlist (15 nominasi) pada Desember 2021. Jadi sebenarnya ada waktu apabila dipaksakan pemenang FFI lah yang berhak jadi wakil Oscar. 

Namun sekali lagi tim juri FFI dan komite seleksi Oscar adalah organisasi berbeda. Komponen penilaiannya juga bisa jadi berbeda. Sejauh ini jika diperhatikan film-film wakil Indonesia di ajang Oscar kental dengan muatan lokal. "Yuni" sendiri kental dengan muatan sosial dan kultur lokal juga penggunaan bahasa daerah.

Selanjutnya dari sejarah, film wakil Indonesia di Oscar memang tak melulu film terbaik FFI. Ada juga yang film pemenang FFI baru didaftarkan ke Academy Award tahun berikutnya seperti "Tjoet Nja' Dhien" (1988) dan "Sang Penari" (2011).

Indonesia mengirim wakil ke ajang Oscar sejak tahun 1987. Ada beberapa perbedaan antara film terbaik FFI dan wakil Oscar di antaranya tahun 1990 di mana wakil Oscar adalah "Langitku Rumahku" sedangkan pemenang FFI adalah "Taksi". Berikutnya tahun 1992 pemenangnya "Ramadan dan Ramona", sedangkan wakilnya "Bibir Mer".

Lalu tahun 2007, pemenangnya "Nagabonar Jadi 2", wakilnya "Denias Senandung di Atas Awan". Tahun 2009 pemenangnya "Identitas", sedangkan wakilnya "Jamilla dan Sang Presiden". Pada 2010 pemenangnya "Tiga Hati Dua Dunia Satu Cinta" dan wakilnya "Alangkah Lucunya Negeri Ini".

Kemudian, tahun 2014 pemenangnya adalah "Cahaya dari Timur: Beta Maluku" yang didaftarkan adalah "Soekarno: Indonesia Merdeka". Tahun 2016 pemenangnya adalah "Athirah" sedangkan wakilnya "Surat dari Praha".
Tahun 2017 juga sama, pemenangnya "Night Bus" dan wakilnya "Turah".

Ada juga film pemenang FFI yang tak mendapat kesempatan jadi wakil Oscar seperti "Pacar Ketinggalan Kereta" (1989), "Tanah Surga... Katanya" (2002), "Arisan" (2004), "Fiksi" (2008) dan "Siti" (2015)

Syarat film yang didaftarkan ke Oscar sendiri adalah sudah tayang di bioskop hingga 31 Desember 2021. Sementara "Penyalin Cahaya" belum tayang, baru sebatas di festival film mancanegara. Sedangkan "Yuni" sudah tayang terbatas. Nah, bisa jadi untuk memenuhi ketentuan tersebut maka "Yuni" yang didaftarkan.

Apapun itu saya menyampaikan apresiasi kepada penyelenggaraan FFI 2021 dan juga ke tim kurasi film ke Oscar. "Film Yuni" memang bagus dan saya yakin film "Penyalin Cahaya" juga berkualitas dari banyak segi. "Penyalin Cahaya" juga punya peluang untuk didaftarkan ke Oscar pada tahun berikutnya.

Film
Film "Penyalin Cahaya" bikin penasaran (sumber gambar: CNNIndonesia)


Acara penganugerahan penghargaan FFI 2021 kemarin nampak semi formal dan terasa hidup. Desain panggungnya apik, pengisi acara seperti Eva Celia, Eka Deli, Putri, dan Nadin Amizah juga bernyanyi dengan baik secara live. Pidato pemenangnya terasa santai dan lugas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun