Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Eternals", Panggung Mitologi ala Marvel

10 November 2021   23:51 Diperbarui: 12 November 2021   02:50 2104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Eternals" ramai diburu penonton (gambar dari deadline.com)

Film "Eternals" banyak ditunggu fans Marvel. Meski mendapat kritikan tajam juga mendapat review kurang baik dan skor rendah di berbagai situs rating film, film ini tetap dinanti. Buktinya bioskop hari ini ramai dipenuhi para pecinta superhero Marvel. Namun rupanya eksekusi "Eternals" ini berbeda dengan film superhero Marvel pada umumnya. Ia lebih seperti panggung mitologi.

Melihat nama-nama Eternal membuat saya teringat dengan kisah-kisah mitologi dari Yunani dan negara lainnya. Ada Gilgamesh, Thena, Akaris, Sprite, Sersi, Kingo, Druig, Makkari, Ajak, dan Phastos. Rupanya kemampuan dan karakter mereka juga mirip-mirip dengan yang ada dalam mitologi.

Gilgamesh, misalnya. Dalam mitologi Sumeria ia dikenal sebagai raja dan juga kesatria yang pemberani dan sangat kuat. Epos Gilgamesh sangat terkenal dengan kisah petualangannya yang menarik. Sosok Gilgamesh dalam "Eternals" ini juga sosok yang kuat dengan kepribadian yang polos. Ia diperankan Don Lee.

Lalu ada Athena, dewi perang dan kebijaksanaan dalam mitologi Yunani. Ia adalah sosok dewi yang populer. Di dalam film ia bernama Thena dan diperankan oleh Angelina Jolie. Thena juga memiliki kemampuan bertarung yang mematikan dengan menguasai sihir untuk memunculkan berbagai jenis senjata.

Nama Icarus juga pastinya dikenal oleh pecinta dongeng mitologi Yunani. Dalam dongeng ia dikenal sebagai sosok yang memiliki sayap. Ia dikenal dengan kisahnya yang keasyikan terbang hingga begitu dekat dengan matahari. Dalam "Eternals" juga ada sosok bernama Ikaris dengan kemampuan bisa terbang dan kepercayan diri yang tinggi seperti Icarus. Ikaris diperankan oleh Richard Madden.

Mendengar nama Sprite, sosok Eternals yang seperti anak-anak dengan kemampuan ilusi langsung mengingatkan pada dongeng-dongeng Eropa tentang Esprit atau Sprite untuk menyebut entitas seperti peri yang memiliki kemampuan sihir. Tepatnya dalam kisah Shakespeare, "A Midsummer Night's Dream", tentang peri nakal bernama Puck yang membuat kekacauan. Sprite diperankan oleh Lia McHugh.

Sersi yang diperankan oleh Gemma Chan memiliki kemampuan mengubah bentuk materi, misalnya batu menjadi air, batu menjadi logam, dan sebagainya. Ada sosok penyihir dan juga seorang dewi Yunani bernama Circe yang memiliki kemampuan mirip-mirip, yaitu kemampuan transmutasi. Bahkan dalam mitologi ia mampu mengubah manusia menjadi satwa.

Lima karakter Eternal lainnya yakni Makkari, Kingo, Druig, Phastos, dan Ajak juga terkait dengan kisah mitologi.

Makkari melihat kemampuannya yang bisa berlari begitu cepat dan membawa pesan maka ia mirip dengan kemampuan Mercury atau Hermes. Hermes dikenal memiliki banyak kemampuan. Ia cerdas, sering bertugas sebagai pembawa pesan dan penerjemah, juga pembawa keberuntungan dan memiliki kemampuan pencuri. Ia diperankan Lauren Ridloff. Di sini ia digambarkan tunawicara.

Phastos oleh Bryan Tyree Henry di film memiliki kemampuan telekinetik dan kemampuan menguasai teknologi. Jarang-jarang ada dewa dalam mitologi tentang kemampuan tersebut, tapi rupanya ada. Ia adalah Vulcan atau
Hephaestus, yang berbakat dalam seni logam, seni pahat, dan juga teknologi.

Untuk Ajak, bisa jadi ia adalah Ajax dari mitologi Yunani yang dikenal sebagai sosok yang pemberani dan kuat. Atau dari hasil browsing, bisa jadi ia adalah dewa mitologi Aztek yaitu Quetzalcoatl. Dalam mitologi tersebut ia dikenal sebagai dewa yang kuat. Namanya merupakan gabungan ular dan burung.

Quetzalcoatl dikenal sebagai pencipta kalender. Ia dewa yang kuat, dewa seni dan pengetahuan. Ajak di sini adalah pemimpin Eternal dan diperankan Salma Hayek.

Druig selintas mengingatkan pada Druid, dari mitologi bangsa Celtik. Druid dalam bangsa Celtik adalah seorang guru, penasihat, pemimpin keagamaan, dan hakim. Druid juga memiliki kemampuan sihir dan dikenal filosofis. Druig di sini memiliki kemampuan mengontrol dan memanipulasi otak manusia. Ia diperankan Barry Keoghan.

Nah yang terakhir, Kingo diperankan Kumail Nanjiani. Terus terang saya tidak tahu mitologi berkaitan dengan Kingo. Di India, ada yang namanya Kinnara, sosok yang sangat berbakat dalam musik. Di Mesopotamia ada dewa bernama Kingu atau Qingu yang juga memiliki kekuatan khusus. Kingo dalam film memiliki kekuatan kosmik seperti peluru dan pandai menari.

***

Ok, sekian dulu pembahasan mitologinya, bagaimana dengan filmnya?

Premisnya sebagai berikut:

Selama 2.5 jam penonton diberikan suguhan awal mula kaum Eternal Arishem, dan Deviant. Eternal digambarkan sosok abadi dari sebuah planet yang dikirim ke bumi untuk melindungi manusia dari Deviant. Mereka dilarang ikut campur urusan manusia.

Hingga suatu ketika Deviant dianggap telah punah dan mereka pun kemudian hidup terpisah. Lalu selang waktu setelah kejadian blip, terjadi gempa bumi dan kembali muncul Deviant.

Kali ini Deviantnya lebih cerdas. Hal ini membuat para Eternal kembali bersama. Namun rupanya ada sesuatu di balik kemunculan Deviant tersebut.

***

Lekat dengan Puisi Ala Chloe Zhao

Tidak mudah melakukan pengenalan dan penggalian cukup banyak karakter dalam waktu singkat. Menurut saya Chloe Zhao cukup berhasil memperkenalkan para karakter lewat penampilan sosok Eternal yang beragam. Ya, ada banyak nama. Namun saya yakin penonton bisa mengingatnya, apalagi kemampuan dan ciri fisik mereka juga khas.

Memperkenalkan 10 karakter tentunya tak mudah (sumber gambar: IMDb)
Memperkenalkan 10 karakter tentunya tak mudah (sumber gambar: IMDb)


Latar Eternals, Arishem, dan Deviant juga relatif mudah dipahami. Gambaran Arishem dan Eternals ada kemiripan dengan mitologi yang dipercaya sebagian kalangan, misalnya tentang gambaran ancient alien, kisah Annunaki, kisah Prometheus, digabung dengan mitologi Yunani dan daerah lainnya.

Marvel dengan cerdik merangkai cerita Eternals dengan kisah Avengers sebelumnya yakni peristiwa blip. Di dalam cerita juga disampaikan alasan mereka tak ikut membantu manusia melawan Thanos.

Secara umum premis kisah "Eternals" menarik. Chloe Zhao juga memberikan ciri khasnya lewat visual panoramik yang terasa puitis dengan ruang renungan.

Alhasil film ini lebih seperti kisah mitologi apabila dibandingkan dengan kisah superhero Marvel pada umumnya. Bahkan dengan kisah Thor yang juga dari dongeng mitologi Nordik juga terasa berbeda nuansanya.

Ya, ini bisa jadi kelemahan atau juga bisa jadi pembeda dengan film Marvel lainnya. Alur dalam "Eternals" terasa lambat dan datar. Bahkan menurut saya agak cenderung membosankan. Bukan berarti biar ceritanya tidak membosankan, harus dipenuhi adegan laga, bukan seperti itu. Ada sesuatu yang mengganjal sehingga filmnya terasa kurang lepas.

Bagian pencair adalah sosok Karun, asisten Kingo yang polos. Celetukannya berhasil membuat tertawa. Ia diperankan apik oleh Harish Pastell.

Chloe nampaknya berupaya keras memunculkan keragaman ras di sini, dari sosok fisik, kemudian ada sosok yang tunawicara, tidak bisa tumbuh dewasa, dan gay. Namun, ia kurang menambahkan semacam emosi yang bisa membuat penonton peduli terhadap tiap-tiap karakter Eternal tersebut.

Solusi dari konfliknya juga terasa kurang epik. Entahlah, rasanya setelah film berakhir, saya merasa datar. Malah kemudian asyik membahas pemenang FFI daripada film ini. Ini bisa jadi catatan apabila "Eternals" akan dibuat sekuelnya.

Chloe rupanya juga jatuh cinta dengan "Game of Thrones" (GoT). Ia memboyong 'Rob Stark' dan 'Jon Snow' alias Richard Madden dan Kit Harington sebagai Ikaris dan Dane.

Tak hanya itu, ia juga mengajak Ramin Djawadi, komposer GoT menjadi komposer dalam film ini. Memang gubahannya apik dan memiliki ciri khas. Di bagian kredit, ada nomor yang mirip-mirip dengan tembang tema "Game of Thrones".

Ya, film Marvel ini bak panggung mitologi. Premisnya apik namun eksekusinya terasa kurang menyentuh emosi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun