Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Medium" Horor Mockumentary tentang Dukun, Ruh, dan Kerasukan

4 November 2021   22:33 Diperbarui: 4 November 2021   22:40 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayan merupakan entitas sakral pelindung di desa tersebut | sumber gambar: IMDb

"The Medium" sebuah film horor yang ceritanya dibangun dengan baik, meski mungkin tidak seperti tren horor 'malas' saat ini yang rata-rata hanya mengandalkan jumpscare. Film ini juga memberikan banyak kejutan cerita yang mungkin tak sesuai dengan harapan penonton.

Seperti halnya horor Thailand yang seram -- apalagi Banjong Pisanthankun sebelumnya dikenal lewat film horornya "Alone" dan "Shutter" -- maka penonton sebaiknya mendengarkan peringatan, jangan menontonnya sendirian. Kecuali kalian siap terima risikonya, ketakutan selama dan usai menyaksikan film ini.

"The Medium" diawali dengan kedatangan sebuah tim dokumenter yang menjelajah negeri untuk mendokumentasikan kegiatan para dukun. Mereka tiba di tempat Nim (Sawanee Utoomma), di Isan. Nim seorang dukun yang dirasuki Bayan, spirit penjaga desa.

Nim bercerita bila dukun sudah sejak dulu ada sebagai medium antara dunia manusia dan dunia spirit. Di dunia, manusia hidup berdampingan dengan para spirit, baik spirit mereka yang telah meninggal dan spirit tiap tempat. Di gunung, laut semuanya ada spirit atau ruh. Pepohonan, sawah juga memilikinya.

Bayan merupakan entitas sakral pelindung di desa tersebut | sumber gambar: IMDb
Bayan merupakan entitas sakral pelindung di desa tersebut | sumber gambar: IMDb
Ketika terjadi ketidakseimbangan atau ruh jahat menyerang manusia, maka Nim membantunya lewat kekuatannya yang diperoleh dari Bayan.

Kemampuan sebagai dukun dari Bayan ini diwariskan secara turun-temurun di keluarga Nim, dari nenek, bibi, lalu seharusnya turun ke Noi (Sirani Yankittikan), kaka Nim. Namun kakaknya menolaknya dan berpindah agama ke Protestan. Nim pun kemudian menerima takdir tersebut sebagai dukun desa tersebut.

Suatu ketika Nim mendengar kabar kematian kakak iparnya. Ia pun menghadiri upacara pemakamannya. Saat malam, ia melihat keponakannya, Mink (Narilya Gulmongkolpech), berperilaku aneh. Gelagat aneh itu berlanjut ke esok harinya.

Nim yang curiga lalu menggeledah kamar Mink dan menemukan benda aneh di lemarinya. Semakin lama Mink berkelakuan janggal. Ia juga mengaku sering mimpi buruk dan kesakitan.

Noi akhirnya meminta bantuan Nim. Awalnya Nim mengira roh Bayan yang akan memasuki Mink, sehingga ia bisa mewariskan kemampuannya sebagai dukun ke Mink.

Tapi rupanya bukan.

Dukun, Kerasukan, dan Pewarisan Kemampuan
Cerita horor "The Medium" ini menurut saya horor terbaik dari Banjong. Cerita dibangun dengan apik. Latar cerita, seperti peran dukun dan kegiatannya disampaikan dengan jelas ke penonton sebelum ke inti cerita.

Gaya bercerita dalam film ini menggunakan mockumentary ala-ala "The Blair Witch Project" dan "The Last Exorcism" sehingga situasi dalam cerita seperti nyata. Penonton juga jadinya terasa dekat dengan para karakter dalam cerita.

Sang sutradara dengan sabar memberikan latar cerita dan pengenalan karakter yang cukup sebelum kemudian cerita semakin memuncak dan memberikan teror ke penonton. Terornya tak tanggung-tanggung, karena sejak teror hadir, akan semakin intensif hingga konklusi film

Apa yang sebenarnya terjadi pada Mink? | sumber gambar: IMDb
Apa yang sebenarnya terjadi pada Mink? | sumber gambar: IMDb
Apabila kalian berharap akan ada jumpscare atau penampakan hantu-hantu mengerikan, kalian bakal kecewa. Ini adalah horor yang lebih mengerikan dari itu. Ia 'menyiksamu' secara perlahan-lahan, hingga kemudian rasa takutmu membuahkan rasa gelisah hingga film tuntas.

Cerita yang rapi, terbantu oleh skoring yang makin memberikan efek menegangkan. Gaya mockumentary dan akting pemain yang natural memberikan efek seolah-olah ini kisah nyata. Film ini memiliki unsur seperti dalam film "Hereditary" dengan kearifan lokal.

Gambar-gambar di desa, kota yang tak begitu padat, dan tempat-tempat terbuka seperti hutan, gunung, dan bangunan yang dibiarkan terbengkalai, menjadi latar cerita yang terasa dekat dengan keseharian. Suasana di berbagai adegan dibiarkan sunyi memberikan nuansa misteri tersendiri.

Film ini diminati oleh penonton Indonesia. Meski sudah memasuki minggu ketiga, film ini masih lumayan ramai ditonton. Menurut saya film ini horor terbaik tahun ini.

***
Sedikit spoiler, inti film ini mengisahkan tentang dukun, pewarisan kemampuan, dan kerasukan. Di sini kerasukan terbagi dua, yakni kerasukan spirit baik -- yang di sini lebih pas diberikan istilah ditempeli atau diikuti, dan kerasukan ruh jahat.

Nah jika melihat prosesi dukun, bentuk totem atau makhluk sakral, serta kain tenun dalam film "The Medium" mengingatkan pada budaya yang ada di berbagai suku Indonesia seperti suku Batak dan suku Minahasa. Ritual dukunnya mungkin juga tak jauh beda dengan di Indonesia, ada yang menggunakan medium telur.

Sama seperti di Indonesia, juga ada tradisi memberikan sesajen ke tempat sakral | sumber gambar: IMDb
Sama seperti di Indonesia, juga ada tradisi memberikan sesajen ke tempat sakral | sumber gambar: IMDb
Suku Muna di Sulawesi Tenggara menggunakan metode menggelindingkan telur yang disebut pamole ke tubuh orang yang sakit. Suku-suku lainnya di Indonesia juga ada yang menggunakannya. Telur juga dianggap sebagai salah satu pengumpul dan pendeteksi energi negatif.

Jenis santet atau serangan kekuatan hitam dan pewarisan kemampuan juga umum dijumpai di Indonesia. Alhasil film "The Medium" ini terasa dekat dan nyata karena ia menggunakan kearifan lokal yang khas seperti penghormatan terhadap ruh dan karma, yang umum ditemui di budaya Asia Tenggara. Ia seperti kisah-kisah nyata kerasukan  yang bertebaran di Twitter yang dirupakan ke layar lebar.

Tontonlah film ini tanpa ekspektasi apapun dan jangan ke luar sebelum film berakhir, karena malah bakal penasaran dan takut sendiri.

Skor: 8.5/10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun