Gaya bercerita dalam film ini menggunakan mockumentary ala-ala "The Blair Witch Project" dan "The Last Exorcism" sehingga situasi dalam cerita seperti nyata. Penonton juga jadinya terasa dekat dengan para karakter dalam cerita.
Sang sutradara dengan sabar memberikan latar cerita dan pengenalan karakter yang cukup sebelum kemudian cerita semakin memuncak dan memberikan teror ke penonton. Terornya tak tanggung-tanggung, karena sejak teror hadir, akan semakin intensif hingga konklusi film
Apabila kalian berharap akan ada jumpscare atau penampakan hantu-hantu mengerikan, kalian bakal kecewa. Ini adalah horor yang lebih mengerikan dari itu. Ia 'menyiksamu' secara perlahan-lahan, hingga kemudian rasa takutmu membuahkan rasa gelisah hingga film tuntas.
Cerita yang rapi, terbantu oleh skoring yang makin memberikan efek menegangkan. Gaya mockumentary dan akting pemain yang natural memberikan efek seolah-olah ini kisah nyata. Film ini memiliki unsur seperti dalam film "Hereditary" dengan kearifan lokal.
Gambar-gambar di desa, kota yang tak begitu padat, dan tempat-tempat terbuka seperti hutan, gunung, dan bangunan yang dibiarkan terbengkalai, menjadi latar cerita yang terasa dekat dengan keseharian. Suasana di berbagai adegan dibiarkan sunyi memberikan nuansa misteri tersendiri.
Film ini diminati oleh penonton Indonesia. Meski sudah memasuki minggu ketiga, film ini masih lumayan ramai ditonton. Menurut saya film ini horor terbaik tahun ini.
***
Sedikit spoiler, inti film ini mengisahkan tentang dukun, pewarisan kemampuan, dan kerasukan. Di sini kerasukan terbagi dua, yakni kerasukan spirit baik -- yang di sini lebih pas diberikan istilah ditempeli atau diikuti, dan kerasukan ruh jahat.
Nah jika melihat prosesi dukun, bentuk totem atau makhluk sakral, serta kain tenun dalam film "The Medium" mengingatkan pada budaya yang ada di berbagai suku Indonesia seperti suku Batak dan suku Minahasa. Ritual dukunnya mungkin juga tak jauh beda dengan di Indonesia, ada yang menggunakan medium telur.
Suku Muna di Sulawesi Tenggara menggunakan metode menggelindingkan telur yang disebut pamole ke tubuh orang yang sakit. Suku-suku lainnya di Indonesia juga ada yang menggunakannya. Telur juga dianggap sebagai salah satu pengumpul dan pendeteksi energi negatif.
Jenis santet atau serangan kekuatan hitam dan pewarisan kemampuan juga umum dijumpai di Indonesia. Alhasil film "The Medium" ini terasa dekat dan nyata karena ia menggunakan kearifan lokal yang khas seperti penghormatan terhadap ruh dan karma, yang umum ditemui di budaya Asia Tenggara. Ia seperti kisah-kisah nyata kerasukan  yang bertebaran di Twitter yang dirupakan ke layar lebar.
Tontonlah film ini tanpa ekspektasi apapun dan jangan ke luar sebelum film berakhir, karena malah bakal penasaran dan takut sendiri.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!