Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"A World Without" Kultus Modern dan Utopia Kehidupan Impian

15 Oktober 2021   12:37 Diperbarui: 15 Oktober 2021   12:48 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketiganya adalah aktris muda yang diperhitungkan (sumber gambar: Netflix dalam Kumparan)


Tawaran mendapatkan pasangan yang tepat, pekerjaan impian, dan tempat tinggal yang layak rasanya sulit ditolak. Apalagi jika ada embel-embel kita adalah pilihan, sudah ada seleksi yang ketat, membuat kita merasa istimewa. Cerita tentang sebuah program bernama Light, semacam kultus modern ini dikemas dalam film Indonesia berjudul "A World Without".

Adalah tiga sahabat, Ulfah (Maizura), Salina (Amanda Rawles), dan Tara (Asmara Abigail) yang begitu gembira terpilih dalam program Light. Mereka akan tinggal dalam sebuah rumah besar di tempat yang jauh dari dunia luar, bersama para remaja lainnya yang memiliki harapan untuk mengubah dunia.

Tapi ini bukan kelas atau semacam workshop biasa. Program Light tidak hanya menyiapkan mereka sebagai generasi muda unggulan, namun juga orang tua dengan pekerjaan impian. Program Light yang didirikan dan dipimpin oleh Ali Khan (Chicco Jerikho) dan Sofia (Ayushita) memiliki program perjodohan yang tepat. Para remaja akan menemukan jodohnya pada usia 17 tahun.

Ketiganya segera menemukan passionnya. Salina langsung terlibat di kelas film, Ulfah di kelas makanan, dan Tara di kelas kecantikan. Aturan-aturan seperti tidak boleh pacaran, bangun pukul lima pagi, awalnya tidak masalah. Hingga kemudian Salina jatuh hati ke Hafiz (Jerome Kurnia).

Tara dkk nampak bahagia diterima di program Light (sumber gambar: Netflix dalam CNN Indonesia)
Tara dkk nampak bahagia diterima di program Light (sumber gambar: Netflix dalam CNN Indonesia)


Sebuah Gambaran Kultus Modern dan Satire Nikah Muda
Sejak menyaksikan awalan film dan aturannya, sebenarnya penonton  bakal bisa dengan mudah menebak bakal konflik dan penutupnya. Film bertema seperti ini dengan permukaan yang nampak indah dan menyenangkan di permukaan, namun bobrok dan mengerikan ketika cangkangnya dikelupas memang bukan sesuatu yang baru.

Meski demikian memang masih jarang film bertema semacam cult (kultus), sebuah organisasi dengan dogma tertentu ini di Indonesia, tema dan masalahnya pun dibuat dekat dengan situasi yang umum dijumpai di kalangan remaja. Jadinya film ini juga tetap menarik disimak.

Apalagi pemerannya adalah tiga dara yang kariernya di dunia perfilman nasional terus melejit. Maizura sejak menjadi pemeran utama di "Bebas" dan "Tarung Sarung", namanya makin menanjak. Amanda Rawles tak perlu dipertanyakan. Ada banyak film yang dibintanginya sejak melesat lewat "Dear Nathan". Sedangkan Asmara Abigail dikenal dengan peran-perannya yang kebanyakan unik dan eksentrik. Sayangnya untuk Asmara Abigail nampak ketuaan sebagai remaja usia 17 tahun.

Selain itu juga ada nama Jerome Kurnia  Chicco Jerikho Ayushita, Dira Sugandi, dan Richard Kyle. Chicco menjadi pemimpin sekte yang narsis dan kharismatik. Juga ada kemunculan sekilas Joko Anwar sebagai sutradara film bernama Joko Liauw.

Ketiganya adalah aktris muda yang diperhitungkan (sumber gambar: Netflix dalam Kumparan)
Ketiganya adalah aktris muda yang diperhitungkan (sumber gambar: Netflix dalam Kumparan)


Nikah muda menjadi salah satu isu dalam film ini. Program Light menawarkan nikah muda dalam usia 17 tahun dengan sistem perjodohan. Dalihnya jodoh sudah dipilih dengan sistem yang tepat. Nikah muda diharapkan menjadi solusi munculnya generasi baru dalam film yang berlatar sekitar beberapa tahun seusai pandemi global.

Iming-iming pasangan yang tepat, pekerjaan impian dan tempat tinggal nyaman disodorkan ke para remaja. Membuat hati mereka melambung. Namun lupa bila ada masalah lain yang perlu dipersiapkan sebelum memasuki dunia pernikahan.

Isu lainnya yang diangkat di film ini adalah era medsos bagaimana menyebarkan pengaruh lewat medsos yang efektif. Terutama ke para remaja.

Sebagai pemimpin Light, Chicco nampak memikat. Namun masih belum sampai ke tahap yang membuat penonton juga meyakini ia adalah Yang Teristimewa, sosok yang dikagumi namun juga disegani seperti halnya pemimpin yang dikultuskan pada umumnya.

Chicco masih kurang wah sebagai pemimpin dikultuskan (sumber gambar:  Okezone.com)
Chicco masih kurang wah sebagai pemimpin dikultuskan (sumber gambar:  Okezone.com)


Film "A World Without" yang disutradarai Nia Dinata ini memberikan sesuatu yang segar di dunia perfilman nasional. Ia menulis film ini bersama Lucky Kuswandi. Memang konflik dan solusi filmnya tidak sampai ke tahap yang benar-benar klimaks, tapi tetap menarik untuk disimak.

Film ini juga merupakan come back yang manis dari Nia Dinata setelah lama vakum di kancah perfilman nasional sejak film terakhirnya, "Ini Kisah Tiga Dara" (2016). Film ini tayang di Netflix sejak 14 Oktober 2021 dan  juga tayang di 190 negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun