Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Fox in a Hole", Ketika Murid dan Guru Terkukung Trauma dan Amarah

16 September 2021   23:52 Diperbarui: 18 September 2021   16:27 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fuchs tak suka menjadi sekadar asisten guru. Ini tak seperti yang diharapkannya |sumber gambar: goldengirls.at

Apabila pada film tentang guru pada umumnya guru muda dan baru yang melakukan terobosan dan anti mainstream, di sini malah sebaliknya. Elisabeth yang lebih senior dan masuk ke generasi tua malah lebih suka mengajar dengan caranya sendiri yang suka-suka.

Sedangkan Fuchs merasa frustasi karena pekerjaan barunya tak sesuai harapannya. Ia lebih suka metode mengajar yang terstruktur. Ia berharap murid-murid dapat sertifikat yang bermanfaat nantinya bila mereka telah berada kembali di dunia luar.

Tema utama di sini adalah kukungan, trauma, dan rasa amarah. Baik yang dialami para siswa yang sebelumnya merupakan pelaku tindak kriminal, maupun pengajarnya sendiri yang merasa terkukung oleh beragam aturan dan masih dihantui trauma. Fuchs di sini digambarkan belum berdamai dengan masa lalunya.

Fuchs tak suka menjadi sekadar asisten guru. Ini tak seperti yang diharapkannya |sumber gambar: goldengirls.at
Fuchs tak suka menjadi sekadar asisten guru. Ini tak seperti yang diharapkannya |sumber gambar: goldengirls.at

Si sutradara tak serta-merta menampilkan alasan Fuchs menerima pekerjaan sebagai guru di LP. Trauma dan kemarahan yang masih dipendam oleh Fuchs disampaikan sedikit demi sedikit hingga akhir film.

Ini bukan sebuah film dengan alur seperti yang pada umumnya dijumpai di film Hollywood. Film Austria ini lebih menggambarkan realitas dengan alur yang relatif lambat untuk menunjukkan dinamika emosi dan perkembangan pelakunya. 

Melakukan perubahan itu tak mudah, demikian pula dengan mengatasi trauma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun