Film yang diangkat dari salah satu cerita karya Eka Kurniawan dari buku "Cinta Tak Ada Mati" ini sangat minim dialog. Oka Antara lebih banyak menyampaikan lewat mimik dan gerak-geriknya.Â
Menurut Oka dalam pemutaran Rabu malam (25/8) yang diadakan oleh Gramedia, baginya malah lebih susah tak berdialog. Ia menduga-duga apakah penonton paham dengan yang disampaikannya.Â
Film ini dari segi teknis memang layak dipuji. Warnanya tajam dan akting para pemainnya mumpuni. Hanya selama 20 menit, pesan yang disampaikan dalam film ini pun dapat dipahami.Â
Alur ceritanya menarik. Penonton diberikan gambaran tentang bagaimana Marwan mengeksekusi idenya ini dengan memanfaatkan para orang gila yang pura-pura disingkirkannya ini.Â
Gambaran orang yang 'sakit', sehingga penonton bisa bertanya-tanya siapa sebenarnya yang 'edan' di sini. Lalu penonton pun diajak merenung, benarkah mereka yang tidak waras harus mengalami nasib di kasta terendah, disisihkan atau dimanfaatkan?
Film ini juga dibintangi oleh Sekar Sari, Jamaluddin Latif, Rere Rully Ismada, Gabriel Gradi, Pritt Timothy Prodjosoemantri, Ibnu Widodo, dan Kedung Dharma Romansha.Â
Film ini berhasil meraih berbagai prestasi, yaitu  Film Pendek Terbaik FFI 2019, juga official selection di Festival Film Internasional Busan 2019 dan Sundance Film Festival 2020.Â
Wregas Bhanuteja sendiri dikenal sebagai sutradara film pendek yang menghasilkan karya-karya yang bernas dan berkualitas. Film-film pendeknya antara lain "Lemantun", "Senyawa", Â "Lembusura", "Waung", dan "Prenjak".Â
Film-film ini banyak meraih penghargaan di ajang nasional dan festival film internasional. Karyanya,"Prenjak" bahkan berhasil raih best short film dalam kategori Semaine de la Critique, di Cannes Film Festival pada tahun 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H