Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Pendek "Kantor" Ulik Gambaran Kinerja Perangkat Desa

22 Agustus 2021   22:03 Diperbarui: 22 Agustus 2021   22:18 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film berjudul "Kantor" yang memberikan gambaran kinerja perangkat desa di suatu desa | sumber gambar: Instagram/Kineforum

Kantor desa itu selalu sepi. Kepala desa dan anak buahnya jarang terlihat. Yang biasa nampak hanyalah Sadi, seorang pesuruh yang baru bekerja di kantor desa tersebut selama seminggu.

Pada suatu hari, Sadi (Buraji) disuruh menyiapkan kantor desa untuk acara yang bakal didatangi Pak Camat. Ia diminta memasang spanduk, menaruh papan struktur organisasi yang baru, dan menata bangku juga menyiapkan bendera merah putih. Ia juga diberi pesan membersihkan ruangan. Semuanya harus terlihat bersih dan rapi ketika Pak Camat dan perangkatnya tiba. 

Setelah memberikan perintah, Imam (Ahmad Bachtiar) pun pergi. Ia beralasan hendak mengantar putrinya mengikuti persiapan Karnaval Jember. 

Kantor desa pun kembali senyap. Sebelumnya ada Roni (Rendra Sasongko). Namun ia juga bergegas pergi dengan alasan istrinya melahirkan. 

Sadi kemudian kebingungan ketika datang dua warga desa hendak mengurus administrasi yang mendesak. Ibu yang satu sudah datang tadi pagi, namun diminta kembali membawa akta kelahiran. Satunya lagi sudah seminggu bolak-balik ke kantor desa, namun tak pernah berjumpa dengan perangkat desa. 

Sadi pun kebingungan. 

Film pendek berjudul "Kantor" ini memberikan gambaran bagaimana suasana kantor desa di beberapa tempat yang perangkatnya jarang ada di tempat. Alhasil warga pun kesulitan untuk melakukan urusan administrasi, padahal kadang-kadang kebutuhannya hanya untuk mendapatkan stempel plus tanda tangan kepala desa, atau mendapatkan surat pengantar. 

Hayo siapa yang pernah mengalami hal semacam ini?

Memang tidak semua perangkat desa seperti yang digambarkan dalam film pendek ini. Tapi memang harus diakui ada saja perangkat desa ataupun tempat layanan umum yang kualitas layanannya seperti itu. Warga dibiarkan lama menunggu, proses berbelit-belit, dan kadang-kadang petugas yang tak ada di tempat.

Film ini lugas karena menggambarkan betapa peliknya warga jika memiliki perangkat desa semacam ini.  Situasi yang digambarkan dalam film ini juga seperti keseharian, di mana pesuruh yang kemudian menjadi corong informasi di kantor tersebut, ditanya-tanya, dimintai tolong, namun ia juga tak bisa melakukan apa-apa. 

Film  berdurasi 30 menitan ini diproduski oleh Universitas Jember dan dibesut oleh Irvan Muhlish Abdillah. Film ini dibintangi oleh Buraji, Rendra Sasongko, Samudin, Bu Ed, dan Achmad Bactiar. 

Ada enam film pendek yang tayang di Program Anarko Kineforum| sumber gambar: Kineforum.org
Ada enam film pendek yang tayang di Program Anarko Kineforum| sumber gambar: Kineforum.org

"Kantor" masuk dalam kumpulan film pendek yang ditayangkan oleh Kineforum dalam nobar virtual "Program Anarko".  Ada enam film pendek yang diputar selama tanggal 21-31 Agustus ini yaitu "Kantor", "Nebeng", "Cipto Rupo", "Golek Garwo", "Dulhaji Dolena", dan "Satu". 

Benang merah dari film-film pendek ini adalah negara yang gagal berfungsi dan sikap masyarakat menghadapinya.  Masyarakat Indonesia adalah orang yang liat dan fleksibel. Mereka  pandai beradaptasi dan bertahan hidup, bahkan tanpa negara. Anarko yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang mampu bertahan hidup dari negara. 

Dalam program Anarko ini ada dua tema besar yang disuguhkan yakni Disfungsi dan Lenting. Film "Kantor" masuk dalam tema "Disfungsi", di mana warganya sudah kenyang dengan kinerja perangkat desa yang sulit diandalkan sehingga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perangkat desa pun rendah. 

Sedangkan cerita-cerita dalam tema "Lenting" menggambarkan betapa liatnya masyarakat di negeri ini melakukan berbagai upaya bertahan hidup meski tanpa bantuan dan kehadiran negara. Cerita-cerita tentang lansia yang bertahan hidup dan daerah yang selalu banjir karena tata kota yang buruk pun masuk dalam tema ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun