Aku berteriak ketakutan. Kami melompat. Berhasil!
- - -
Entah kenapa perjalanan ini tak kunjung berakhir. Lolos dari hutan ruwet dan kawanan serigala, kami berada di sebuah bagian pegunungan berwarna abu-abu.
Kejutannya tak hanya itu. Ada yang menggigit dan menempel di jubahku. Seekor rubah putih. Ia nampaknya jinak.
Kupindahkan ia di depan. Kurapatkan jubahku. Setidaknya sedikit hangat. Pegunungan abu-abu dan gersang ini anginnya semakin kencang dan dingin. Kata Nero, tujuan akhir kami adalah kastil. Sudah tak begitu jauh. Aku menghembuskan nafas. Aku sudah lelah. Jikalau ini mimpi, apakah aku tidur mbangkong ya.
Si anak rubah ribut. Ia melihat sesuatu. Di depan nampaknya berkabut. Hei nampaknya ada raksasa di bagian kiri dekat jurang. Bukan hanya satu tapi dua. Wujudnya samar-samar karena berkabut. Di ujung jalan aku juga melihat kastil berukuran besar.
Bagaimana kami bisa melalui raksasa tersebut? Mereka sudah tahu kehadiran kami. Wujudnya nampaknya seperti Gollum. Hiih.
Rubah putih berbicara. Seperti Nero, suaranya hadir di benakku. Rubah putih akan mengalihkan perhatian para raksasa. Ia pernah melakukannya.
Aku memandangnya, kami berdua bertatapan dan mengangguk. Nero juga setuju.
Rubah putih kuturunkan perlahan-lahan. Ia langsung berlari kencang ke sana ke sini menarik perhatian kedua raksasa.
Aku dan Nero melesat menuju lastil. Tapi kemudian tiba-tiba muncul tangan raksasa mencoba menggapaiku. Aku ketakutan dan merundukkan badan. Jubahku tapi berhasil ditarik. Aku berjuang melepaskan jubah tersebut dan jubah itu langsung terengut. Huuuh nyaris.