Menyimak perkembangan dunia animasi, rasanya belum lengkap bila tak menyoroti animasi dari negeri Tiongkok alias China. Industri animasi China berkembang pesat. Tak sedikit karya studio animasi China yang telah melalang dunia. "Ne Zha", "Big Fish & Begonia", dan "Dragon Nest", di antaranya.
Animasi dikenal dengan nama lain donghua di China.Sebenarnya usia industri animasi China sudah cukup tua. Kehadiran industri animasi di China ditandai dengan Wan Laiming yang pada tahun 1922 mulai memproduksi video komersil dalam bentuk animasi. Pada tahun 1924 Wan Laimimg merilis animasi pendek berjudul "Dog Threat".
Wan Brothers  pada tahun 1935 kemudian membuat sejarah di industri animasi China dengan merilis animasi hitam putih yang memiliki suara. Judulnya "The Camel's Dance".
Hingga tahun 1978 industri animasi China masih terseok-seok. Hal ini dikarenakan situasi dalam negeri yang masih kurang kondusif dengan adanya  invansi Jepang ke China dan Perang Dunia II dan revolusi budaya. Film animasi pada masa peperangan pun juga ada yang digunakan untuk propaganda.
"Princes Iron Fan" diangkat dari bagian cerita "Journey To The West". Dalam film animasi berdurasi 73 menit ini Princess Iron Fan bertarung dengan Monkey King, Sun Wu Kong. Puteri ini memiliki kipas raksasa yang dapat memadamkan api. Sun Wu Kong berniat meminjamnya untuk membantu memadamkan kebakaran di desa pegunungan.
Sedangkan film "Why is The Crow Black-Coated" yang dibesut Wan Laiming dan Wan Guchan adalah film animasi pertama di China yang berwarna. Film animasi berdurasi 10 menitan ini bercerita tentang burung berbulu indah yang congkak.
"Havoc in Heaven" dipengaruhi Opera Peking. Film ini mengambil salah satu bagian dalam cerita "Journey to The West). Monkey King alias Sun Wu Kong berpetualang dan bertarung dengan Jade Emperor. Film animasi ini kemudian di-remake pada tahun 2014 dengan judul "The Monkey King: Havoc in Heaven's Place".
Melihat Jepang yang sukses dengan industri animasinya dan berhasil mengekspor budaya pop animasi, maka industri animasi China pun terpacu. Hal ini juga didorong oleh perkembangan teknologi grafis dan teknologi digital seperti computer-generated imagery (CGI). Sejak tahun 2000-an industri China pun berkembang pesat.
Film-film animasi China yang populer cukup banyak. Kalian bisa menyaksikan animasi China di Netflix seperti "Ne Zha: Reborn", "Big Fish & Begonia", dan "Flavors of Youth".
Kualitas grafis, teknik menggambar dan teknik pewarnaannya bisa dibilang semakin baik. Meski dari cerita, beberapa animasi China menurutku relatif masih kurang wow dan agak datar apabila dibandingkan dengan animasi Jepang dan animasi Pixar. Namun aku yakin kualitas cerita ini akan terus diperbaiki dan makin baik.
Bagaimana dengan animo penonton terhadap animasi China? Memang konsumennya paling banyak adalah warga China sendiri, namun jangan lupa film animasi ini juga tayang di berbagai negara. Jadi siap-siap kagum, animasi China seperti "Ne Zha" berhasil membukukan $726 juta, disusul "Monkey King: Hero is Back" yang berhasil meraup $153 juta atau sekitar Rp2,2 Triliun. Besarnya pendapatan ini membuat industri animasi disebut sebagai bisnis yang gurih.
Salah satu hal yang membuat animasi China ini layak diapresiasi karena mereka memiliki ciri khas. Sebagian besar animasinya kental akan nuansa tradisi dan cerita rakyat China. Tak sedikit cerita tentang Dewa-Dewi, kisah petualangan Sun WuKong dan teman-temannya, cerita-cerita fantasi dengan naga dan hewan mistis, dan juga cerita dengan kultur China seperti kuliner khas China, festival lampion, tahun baru China dan lain-lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI