Dari sebuah wawancara, akhirnya aku paham mengapa band Plastik ini bubar. Band ini memang tak bisa lagi dpertahankan, meski sekuat apapun Didit melakukannya. Didit menyebut band Plastik adalah sisi gelapnya. Lewat band ini ia bisa bebas menuangkan gaya permainannya. Band ini adalah puncak ketenarannya. Namun pada masa itu, ia terpengaruh oleh narkoba. Selain Ipang, semua personel terjerat narkoba. Ketika akhirnya ia bisa lepas, teman-temannya masih tenggelam dengan kenikmatan sementara barang berbahaya tersebut.
Era 90an memang puncak musik cadas di Indonesia. Namun sayangnya pada masa tersebut, musisi lekat dengan narkoba. Entah bagaimana mereka salah persepsi, menganggap narkoba bisa memicu daya kreativitas. Narkoba tak hanya menjerat musisi band cadas, namun juga genre lainnya, termasuk mereka yang berkecimpung di genre pop.
Setelah band Plastik bubar, Ipang masih melaju dengan band BIP-nya. Kualitas vokalnya juga masih terjaga berkat gaya hidup bersihnya. Sehingga ketika BIP vakum dan ia memilki band Daddy and The Hot Tea, lalu bersolo karier, para fans tetap menyambutnya hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H