Di kancah perfilman nasional, sebenarnya ada banyak hal menarik dicemati. Salah satunya keberadaan sutradara misterius yang menghasilkan puluhan film. Ada yang bisa menebak? Ya, ia adalah Nayato Fio Nuala.
Nama Nayato Fio Nuala mencuat sejak film yang dibesutnya meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia 2006. Film tersebut adalah "Ekskul" yang dibintangi Ramon Y. Tungka dan Sheila Marcia. Alhasil FFI 2006 mengundang kontroversi. Beberapa pemenang lainnya mengembalikan pialanya dengan alasan "Ekskul" banyak mencomot lagu-lagu manca tanpa izin dan kemiripan film ini dengan film luar berjudul "Bang Bang You're Dead" (2002).
Akhirnya gelar film dan sutradara terbaik dari FFI untuk "Ekskul" dan Nayato dicabut. Namun putusan pemilihan itu membuat kepercayaan sineas film terhadap integrasi juri FFI menurun.
Di luar kontroversi piala Citra 2006, sosok Nayato jauh lebih menarik. Ia adalah sutradara misterius yang mewarnai kancah perfilman nasional.
Nayato Fio Nuala dikenal sebagai sutradara film yang sangat produktif. Ia banyak menghasilkan film drama romantis dan horor pada rentang tahun 2002-2018. Namun, selain sebagai Nayato ia juga kerap menggunakan nama samaran lainnya seperti Pingkan Utari, Koya Pagayo, dan Ian Jacobs. Nama aslinya sendiri diakuinya sebagai  Yato Fio Nuala, seorang pria asal Aceh yang menimba ilmu perfilman di Taiwan selama 18 tahun.
Tunggu benarkah Nayato Fio Nuala dan nama-nama alias lainnya itu adalah Yato Fio Nuala?
Dulu aku suka memerhatikan nama-nama sutradara film horor dan nama Nayato itu kerap digunjingkan karena film horor yang dihasilkannya memiliki kualitas cerita yang buruk dan mirip-mirip. Meski ada juga film drama remaja besutannya yang kualitasnya masih lumayan untuk ditonton.
Judul dan film horor besutannya mungkin bisa bikin makhluk gaib nangis dan julid. Film-film horor besutannya sebagai Nayato di antaranya "Pocong Jumat Kliwon", "Pocong Ngesot", "Kuntilanak Kesurupan", dan "3 Pocong Idiot". Meski kualitas film horornya bisa ditebak, tapi tetap saja film semacam ini ada penontonnya dan bisa balik modal. Untung malahan. Sehingga bisa bikin film lagi dan lagi.
Lalu beberapa kali kutanyakan ke beberapa komunitas film siapa sih sebenarnya Nayato Fio Nuala tersebut? Banyak yang menyebutnya sutradara dengan nama samaran. Ia benar-benar sosok yang misterius.
Sudah lama sih rasa penasaranku akan Nayato kusimpan. Pertanyaan-pertanyaan tentang sosoknya juga sudah sekian lalu kulakukan.
Lalu aku mendapatkan petunjuk ketika membaca wawancara Tempo tahun 2006 dengan seorang sutradara yang mengaku ia adalah sosok di balik nama Pingkan Utari. Ia bukanlah Nayato atau Yato, tapi sutradara perempuan bernama Chiska Doppert.
Saat itu ia baru saja merilis film horor komedi berjudul "Gotcha". Ia bercerita bila nama Pingkan Utari adalah nama yang dipilih oleh mereka. Ya mereka, karena sutradara aslinya ada tiga, yaitu Chiska sendiri, Saptajie dan Fredy Lingga. Ia sendiri menyebut Nayato di sini hanya sebagai produser.
Kalimat pernyataannya tak konsisten karena di dialog berikutnya ia mengaku menggarap film "Ekskul". Lho?
Nama Chiska Doppert sendiri juga pernah kutemui di sebuah artikel merupakan nama samaran dari Nayato. Jika melihat judul-judul film yang dibuat oleh Chiska seperti "Bukan Pocong Biasa" dan "Ada Apa dengan Pocong", seperti ada korelasi antara Nayato dan Chiska, meski ia juga bersikeras ia bukan Nayato.
Chiska diketahui menggunakan nama alias lagi ketika menggarap film berjudul "Ketika Tuhan Jatuh Cinta". Ia menggunakan nama baru Fransiska Fiorella. Alasannya namanya sudah identik dengan film horor.
Dari melihat berbagai artikel tentang Nayato Fio Nuala dan Chiska Doppert, aku kemudian merasa mereka orang yang sama. Mereka berkelompok. Yato, Chiska, Saptajie, dan Fredy adalah orang-orang di balik nama Nayato dan nama samaran lainnya. Bisa jadi jumlah mereka lebih banyak. Itulah yang menurutku membuat mereka bisa begitu produktif, menghasilkan lebih dari 70 film.
Tapi ini hanya tebakanku sih. Bisa jadi salah.
Di Hollywood Juga Ada Nama Samaran Sutradara
Fenomena sutradara yang tak menggunakan nama aslinya juga bisa ditemui di perfilman Hollywood. Alasannya ada banyak. Bila Chiska Doppert berujar ia menggunakan nama Pingkan karena belum siap menerima kritikan, tak sedikit sutradara Hollywood yang memilih menggunakan nama samaran karena merasa tak bangga dengan film yang dibuatnya.
Alasan lainnya ada beragam seperti kekuatiran bermasalah berkaitan dengan politik, agama, persekusi, dan lain-lain.
Nama yang umum digunakan adalah Alan Smithee atau Allen Smithee. Ini adalah nama samaran resmi bagi para sutradara yang tidak mau disangkut-pautkan dengan hasil karyanya. Tren ini berlangsung mulai akhir tahun 60an.
Film-film yang menggunakan nama sutradara alias Alan Smithee di antaranya "Fade In" (1968) yang sebenarnya karya Jud Taylor; "Woman Wanted" (1999) karya Kiefer Sutherland, dan "Fugitives Run" (2003) oleh Philip Spink.
Selain itu juga ada nama Thomas Lee yang dipilih Walter Hill yang kecewa dengan film "Supernova" (2000) yang dibesutnya. Film "Dune" (1984) untuk versi ditayangkan di televisi nama sutradaranya diubah dari David Lynch menjadi Judas Booth.
Selain itu juga ada nama Roderick Jaynes yang rupanya nama samaran dari dua sutradara bersaudara, Joel dan Ethan Coen. Tapi keduanya tidak menggunakan nama ini untuk nama samaran sutradara, melainkan untuk nama mereka sebagai editor film. Alasannya sederhana agar nama mereka tak muncul dua kali. Nama alias Roderick Jaynes ini rupanya membawa hoki. Ia muncul dua kali sebagai nominator di ajang Oscar, di film "Fargo" dan "No Country for Oldmen".
Mirip dengan alasan Joel dan Ethan Coen adalah Steven Soderbergh. Ia dikenal sebagai sutradara multitalenta. Selain sebagai sutradara, biasanya ia juga berperan sebagai penulis, sinematografer, dan editornya. Ia pun lalu menggunakan beberapa nama seperti Sam Lowry, Peter Andrews, dan Mary Ann Bernard agar namanya tak muncul melulu di kredit.
Hehehe menarik juga ya alasan para sutradara menggunakan nama-nama samaran untuk karyanya. Omong-omong Kompasianer sendiri pernahkah menulis dengan menggunakan nama samaran?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H