Bangsa Mongolia memiliki gaya bernyanyi yang unik. Instrumen tradisional mereka juga tak kalah menarik. Ketika unsur etnik ini dipadukan dengan musik cadas, maka hasilnya tak kalah fantastis. Hunnu rock dari The HU pun mulai menginvansi.
Bangsa Mongolia dulu adalah bangsa yang ditakuti. Mereka banyak melakukan invansi. Daerah taklukannya begitu luas, ada di sana di sini. Hingga suatu ketika takdir mereka berbalik.
Beberapa tahun silam, tepatnya tahun 2016 lahirlah sebuah band di Ulaanbator, Mongolia. Mereka memilih genre musik cadas. Tapi bukan musik rock biasa. Mereka menambahkan ciri khas lewat unsur tradisional. Lewat gaya bernyanyi yang menggunakan tenggorokan dan alat musik tradisional.
Lewat musik, mereka ingin bercerita tentang kejayaan bangsa Mongolia pada masa silam. Bukan hanya untuk mengenang, melainkan juga mendongkrak semangat para muda Mongolia untuk bangkit dan menjadikan Mongolia kembali sebagai negara yang besar. Sedangkan bagi pecinta musik mancanegara, mereka ingin mengenalkan dan menyebarluaskan kultur Mongolia.
Musik tradisional lainnya seperti gitar tradisional yakni tovshuur pun membuat nuansa etniknya makin kental. Liriknya pun menggunakan bahasa Mongolia. Oh iya masih masih ada alat musik drum, gitar, dan bas modern yang digunakan.
Bila diterjemahkan ke bahasa Inggris maka liriknya menjadi seperti ini:
If you come with evil intentions, we'll give you a fight!
Ten of us will strike you as thunder
Hundred of us will shatter your hearts
Thousand of us will destroy and obliterate
Lagu-lagunya memang energik dan dinamis. Membuat pendengarnya sambil menikmati musiknya juga jadi lebih berenergi.
Tembang-tembangnya memang penuh semangat. Selain "Wolf Totem", lagu-lagunya yang menarik adalah "Yuve Yuve Yu", "Gereg", "Shireg Shireg", "Shoog Shoog", dan "The Great Chinggis Khaan".
Dalam lagu "The Great Chinggis Khaan", nuansanya lebih megah dan musik etniknya lebih kaya. Lagu ini seperti lagu yang memberikan penghormatan besar terhadap sosok yang membesarkan nama Mongolia.Â