Bahasa Jawanya juga menggunakan referensi naskah Jawa kuno. Alhasil band yang pernah menggung di Malaysia dan telah memiliki dua album ini lagu-lagunya terasa unik.
Pada performanya di Rock in Solo 2012, Band Makam membawakan tembang "Malevolent Sixhundred and Sixty Six" Â dengan musik gamelan.
Sementara FunkdeJava, band softrock ini setiap manggung berpenampilan seperti band biasa, tidak ada atribut khas Jawa. Yang bikin berbeda tentu lirik-liriknya yang berbahasa Jawa. Lewat lirik-liriknya tersebut, mereka ingin mengenalkan lebih luas pemakaian bahasa Jawa ke generasi muda.
Lain halnya dengan Kobe. Band asal Sidoarjo, Jawa Timur ini kerap menggunakan unsur musik etnik Jawa dipadukan dengan musik rock. Lirik lagunya juga kombinasi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Seperti potongan lirik lagu "Tangguh" berikut ini:
Luwih becik koe minggato
Lan ora repot maneh
Ojok cubo maneh
Amergo koe bongko
Dalan dunyo muter
Ojok sampek keblinger
Nek njelungup yo ngadek
Ngadek ngadek ko
Band Songo Sewu sendiri juga tak kalah beken dengan lagu alternatif rock berbahasa Jawa. Bahkan bandnya sempat dilirik tim sukses Jokowi ketika hendak nyapres.
Lagu-lagu hitsnya di antaranya "Sengsoro", "Zaman Edan", dan "Carut-Marut". Oh iya meski liriknya berbahasa Jawa, rupanya band ini berasal dari Jakarta.
Yang tak kalah menarik perhatian adalah band asal Solo bernama Down for Life. Band cadas ini sempat diundang manggung di Jerman karena musik, lirik, dan visualnya yang kental dengan etnik Jawa.Â
Itulah band-band metal Jawa. Mereka selain menggemari musik metal dan menjadikannya sebagai pilihan kariernya, juga memiliki misi agar generasi muda juga kenal dan cinta dengan bahasa daerahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H