Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Bubur Kampiun dan Itiak Lado Mudo dari Pusat Kuliner Kapau Senen

22 Mei 2021   23:59 Diperbarui: 24 Mei 2021   22:31 1703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bubur kampiun yang sedap dan unik (Dokumentasi pribadi)

Jakarta hari ini diselimuti mendung sejak pagi. Hujan lalu mengguyur jelang siang hari. Sampai pukul sebelas siang pun masih gerimis. Untungnya sampai di Kramat Raya, hujan rintik-rintik telah berhenti. Kami berdua siap untuk jajan bubur kampiun dan bungkus gulai itik.

Pusat kuliner kapau di Kramat Raya mulai semarak. Pembeli mulai berdatangan untuk makan siang. Aroma aneka masakan kapau yang sedap menyambut para pejalan. Ayolah berhenti sejenak untuk menikmati hidangan.

Kami berdua sudah lama ingin menyantap bubur kampiun. Aku juga sudah lama tak bersantap di nasi kapau. Akhirnya keturutan juga hari ini, meski langit Jakarta kelabu. Kami pun memesan bubur kampiun dua mangkuk, seorang satu.

Bubur kampiun itu terhidang di hadapan kami berdua. Sebuah bubur yang seperti perkawinan antara kolak pisang, bubur campur, dan ketan sarikaya. Isiannya menarik, kaya rupa. Di dalam kuah manis kecokelatan ada biji salak, sagu mutiara, bubur sumsum, ketan putih, dan sarikaya.

Perkawinan bubur campur, kolam pisang, dan ketan sarikaya (Dokumentasi pribadi)
Perkawinan bubur campur, kolam pisang, dan ketan sarikaya (Dokumentasi pribadi)
Yang unik di sini kuah santannya memiliki aroma kayu manis. Adanya unsur pisang memberikan sebuah sensasi tersendiri. Asam manis. Kehadiran sarikaya yang krenyes-krenyes manis juga menambah citarasa yang unik.

Enak dan mengenyangkan.

Alhasil aku tak bakal sanggup untuk menyatap nasi dan lauk-pauk. Akhirnya aku memilih bungkus.

Oh iya lokasi kami makan di Nasi Kapau Umi Upik. Di sebelahnya ada penjual bubur kampiun dan aneka kue seperti kelepon, lemang tapai, lemang baluo, ketan sarikaya, lemper, ketupat santan,  dan lupis. 

Namanya Lemang Tapai dan Bubur Kampiun Uda Hery. Kami mengeluarkan uang sejumlah Rp 50 ribu untuk dua mangkuk bubur kampiun dan dua buah kue lupis.

Kue lupisnya juga enak (Dokumentasi pribadi)
Kue lupisnya juga enak (Dokumentasi pribadi)
Banyak Pilihan Menu di Uni Upik
Ketika memilih menu lauk pauk di Uni Upik untuk dibungkus, kami berdua pun kebingungan. Pilihannya banyak dan semuanya nampak lezat.

Ada telur dadar yang tebal, ayam pop yang gurih, lele goreng yang gemes, perkedel kentang yang endut, ikan bilis yang imut, udang balado yang cerah, rendang yang juara, dendeng batokok yang sedap, kepala kakap yang besar, otak ikan yang bikin melongo, aneka jerohan yang bikin ingat olah raga, dan gulai itik yang membawaku ke sini. Masih banyak lagi.

Bingung pilih yang mana (Dokumentasi pribadi)
Bingung pilih yang mana (Dokumentasi pribadi)
Semuanya nampak enak dan tidak mahal (Dokumentasi pribadi)
Semuanya nampak enak dan tidak mahal (Dokumentasi pribadi)
Wow kepala ikan kakapnya besar (Dokumentasi pribadi)
Wow kepala ikan kakapnya besar (Dokumentasi pribadi)
Akhirnya aku pilih gulai itik. Masakan inilah yang membuatku ke sini. Itiak lado mudo, nama si gulai itik, masakan khas Ngarai Bukittinggi.

Itiak lado mudo adalah bebek yang terjerembak di lautan bumbu yang didominasi cabe ijo, sehingga berlumuran bumbu yang kemudian dibiarkan meresap di dalamnya. Ada kunyit, duo bawang, jahe, lengkuas, dan dedaunan aroma, serta rempah-rempah lainnya.

Ini dia gulai itiknya (Dokumentasi pribadi)
Ini dia gulai itiknya (Dokumentasi pribadi)
Kami juga membeli seporsi dendeng batokok, seporsi ayam panggang, dan dua porsi nasi. Semuanya menghabiskan Rp 89 ribu. Yang paling mahal adalah itiak lado mudo. Seporsinya plus nasi harganya Rp 47 ribu.

Sekitar jam 15.00-an baru kami menyantapnya. Nasinya porsinya besar dan sayangnya pera sehingga agak kurang nyaman ketika disantap. Ini kali pertama aku menyantap itiak lado mudo dan aku menyukainya. Bumbunya meresap dan daging bebeknya empuk.

Citarasanya lengkap dari bumbu rempah-rempah yang kaya rupa, ada gurih dan pedas, aroma asap, dengan ada tekstur kenyal dari kulit si bebek. Nikmat.

Dendeng batokoknya juga sedap. Daging sapinya empuk dan bumbunya manis pedas. Sedangkan untuk ayam panggangnya, aroma asapnya terasa.

Meski ada sedikit kekurangan di nasinya, aku merasa puas dengan kualitas rasa masakannya. Lain kali jajan ke sini lagi dan coba menu lainnya.

Ketika hendak pulang, pembeli makin ramai (Dokumentasi pribadi)
Ketika hendak pulang, pembeli makin ramai (Dokumentasi pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun