"If you did the right thing, then why are you so scared" Â (Connor kepada ayahnya)
Angelina Jolie kembali beraksi. Kali ini ia tidak menjadi seorang agen atau arkeolog, melainkan pelompat penjinak api (smokejumper) yang bertugas di dinas kehutanan. Aksinya melindungi seorang anak kecil dari dua kejaran agen berbahaya tersaji dalam film "Those Who Wish Me Dead" yang tayang sejak Rabu (19/5) di bioskop.
Seorang jaksa wilayah ditemukan tewas di rumahnya. Rumahnya hancur oleh ledakan pipa gas. Sebelumnya dua orang yang mengaku pemeriksa pipa datang ke rumahnya.
Melihat berita tersebut, seorang akuntan forensik, Owen Casserly (Jake Weber), yang merupakan anak buah jaksa wilayah tersebut merasa cemas. Ia kemudian segera memacu kendarannya menuju sekolah penyintas yang terletak di tepi Hutan Montana.
Namun ia tak berhasil mencapainya. Anaknya, Connor Casserly (Finn Little) terpaksa bersembunyi dan menembus hutan seorang diri.Â
Lalu di sana ia berjumpa dengan Hannah Faber (Angelina Jolie) yang ditugaskan menjaga menara pengawas hutan. Melihat isi pesan ayah anak tersebut, ia pun berupaya membawa anak tersebut untuk segera menuju kota. Tapi hutan saat itu mulai mengalami kebakaran hebat.
Cerita Tentang Penyintas Ganda: Kejaran Pembunuh dan Kebakaran Hutan
Tema film ini adalah penyintas. Di sini penonton mendapat ilmu tentang tips dan trik sebagai penyintas,  ketika terpaksa harus membela diri, ketika harus menembus hutan, pentingnya kemampuan membaca angin, dan apabila kebakaran hutan terjadi. Penonton juga diajak berkenalan tentang profesi  smokejumper, mereka yang dengan berani melakukan terjun payung di tengah lahan yang terbakar untuk memadamkannya.
Ketegangan dalam film tak hanya dihasilkan dari dua pembunuh yang cerdik dan mematikan. Yang tak kalah menakutkan di sini adalah bencana dari alam itu sendiri. Serangan petir dan kebakaran hutan dua hal yang bisa melukai hingga menewaskan seseorang seketika.
Dua pembunuh di sini, Jack dan Patrick, ayah dan anak, berhasil dimainkan dengan apik oleh Aidan Gillen dan Nicholas Hoult. Aidan seorang aktor Inggris, yang namanya melejit sejak ia menjadi Petyr "Little Finger", tokoh antagonis serial "Game of Thrones". Di sini senyum samarnya masih nampak terlihat licik seperti Peter.
Sedangkan Nicholas Hoult si 'Beast' dalam "X-Men", jarang-jarang mendapatkan peran antagonis. Selama ini ia lebih banyak sebagai protogonis. Namun di sini pesonanya agak tertutupi oleh Aidan. Karakter kedua pembunuh di awal nampak menjanjikan, namun sayangnya kemudian malah karakternya kurang konsisten.
Angelina Jolie sendiri meski usianya sudah tak lagi muda, ia masih cukup lincah dan tangkas. Ia pas berperan menjadi sosok heroine yang punya masa lalu menghantuinya. Dalam film ini ia juga punya beberapa kawan seperti sherif, Ethan (Jon Bernthal), dan istrinya, Allison (Medina Senghore), serta rekan-rekan sesama petugas dinas kehutanan, Ben, Vic, dan Ryan.
Dari segi plot bisa dibilang cerita dalam film yang dibesut Taylor Sheridan ("Vile", "Wind River") ini biasa-biasa saja. Standar dan cenderung mudah dilupakan. Adanya ancaman ganda, kebakaran hutan dan ancaman pembunuhan tetap belum mampu membuat konflik film ini memuncak. Serba tanggung. Apalagi beberapa dialog terasa canggung dan sebagian vulgar.
Untungnya performa para pemainnya terbilang apik. Jajaran pemainnya dan interaksinya pas. Bahkan agak terasa menyia-nyiakan potensi mereka.
Yang membekas dari film ini juga adalah bentangan hutan Montana yang hijau dengan latar gunung yang sinematik, serta kebakaran hutan yang dramatis.
Latar kebakaran hutan ini terasa lebih mencekam di film karena di Amerika sendiri juga pernah terjadi dan proses pemadamannya begitu lama dan dampaknya begitu meluas. Dalam film ini sayangnya tidak nampak kepanikan dan upaya dari warga, petugas, pemerintah daerah setempat ketika kebakaran hutan ini meluas begitu cepatnya.
Strategi Warner Bros untuk memutar film ini bersamaan di HBO Max dan di bioskop Amerika (14 Mei), namun di Indonesia rilis 5 hari kemudian (19 Mei) juga jadi tanda tanya. Apakah sebuah eksperimen untuk mencoba melakukan premier bersamaan di ranah streaming dan bioskop? Bila non warga Amerika bisa mengaksesnya di HBO Max sebelum film ini tayang di bioskop di negara mereka, apakah bisa jadi bumerang untuk strategi pemasarannya?
"Sebuah film laga dengan latar kebakaran hutan yang sayangnya bakal mudah dilupakan. Potensi jajaran pemain jadinya agak tersia-siakan di film ini karena naskah dan eksekusi yang biasa saja."
