Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Angelina Jolie Berjuang sebagai Penyintas Dua Ancaman Sekaligus dalam "Those Who Wish Me Dead"

21 Mei 2021   20:04 Diperbarui: 21 Mei 2021   20:29 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film tentang ancaman pembunuhan dan kebakaran hutan (sumber gambar: IMDb/Warner Bros)

Sedangkan Nicholas Hoult si 'Beast' dalam "X-Men", jarang-jarang mendapatkan peran antagonis. Selama ini ia lebih banyak sebagai protogonis. Namun di sini pesonanya agak tertutupi oleh Aidan. Karakter kedua pembunuh di awal nampak menjanjikan, namun sayangnya kemudian malah karakternya kurang konsisten.

Nicholas masih belum nampak sebagai pembunuh (sumber gambar: IMDb/Warner Bros)
Nicholas masih belum nampak sebagai pembunuh (sumber gambar: IMDb/Warner Bros)

Angelina Jolie sendiri meski usianya sudah tak lagi muda, ia masih cukup lincah dan tangkas. Ia pas berperan menjadi sosok heroine yang punya masa lalu menghantuinya. Dalam film ini ia juga punya beberapa kawan seperti sherif, Ethan (Jon Bernthal), dan istrinya, Allison (Medina Senghore), serta rekan-rekan sesama petugas dinas kehutanan, Ben, Vic, dan Ryan.

Dari segi plot bisa dibilang cerita dalam film yang dibesut Taylor Sheridan ("Vile", "Wind River") ini biasa-biasa saja. Standar dan cenderung mudah dilupakan. Adanya ancaman ganda, kebakaran hutan dan ancaman pembunuhan tetap belum mampu membuat konflik film ini memuncak. Serba tanggung. Apalagi beberapa dialog terasa canggung dan sebagian vulgar.

Untungnya performa para pemainnya terbilang apik. Jajaran pemainnya dan interaksinya pas. Bahkan agak terasa menyia-nyiakan potensi mereka.

Yang membekas dari film ini juga adalah bentangan hutan Montana yang hijau dengan latar gunung yang sinematik, serta kebakaran hutan yang dramatis.

Latar kebakaran hutan ini terasa lebih mencekam di film karena di Amerika sendiri juga pernah terjadi dan proses pemadamannya begitu lama dan dampaknya begitu meluas. Dalam film ini sayangnya tidak nampak kepanikan dan upaya dari warga, petugas, pemerintah daerah setempat ketika kebakaran hutan ini meluas begitu cepatnya.

Strategi Warner Bros untuk memutar film ini bersamaan di HBO Max dan di bioskop Amerika (14 Mei), namun di Indonesia rilis 5 hari kemudian (19 Mei) juga jadi tanda tanya. Apakah sebuah eksperimen untuk mencoba melakukan premier bersamaan di ranah streaming dan bioskop? Bila non warga Amerika bisa mengaksesnya di HBO Max sebelum film ini tayang di bioskop di negara mereka, apakah bisa jadi bumerang untuk strategi pemasarannya?

"Sebuah film laga dengan latar kebakaran hutan yang sayangnya bakal mudah dilupakan. Potensi jajaran pemain jadinya agak tersia-siakan di film ini karena naskah dan eksekusi yang biasa saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun