"Jangan biarkan dia jatuh hati dengan detakmu"
Tagline film "Tarian Lengger Maut" yang awalnya berjudul "Detak", membuatku penasaran. Ada keterkaitan apakah antara detak, maut, dan Tari Lengger?
Jawaban itu kuterima setelah menyaksikan film ini lebih awal pada Gala Premiere "Tarian Lengger Maut" yang diadakan 30 April 2021 di XXI Plaza Senayan. Seluruh undangan mengikuti protokol kesehatan dengan ketat, tetap mengenakan masker selama acara dan jaga jarak.
Penonton di awal film diajak menjelajah Desa Pageralas yang terletak di kaki Gunung Slamet, di daerah Banyumas. Di sebuah pasar kecil, ada sosok Sukma (Della Dartyan) yang sedang berbelanja di antara pengunjung lainnya.
Kehadirannya menarik perhatian penjual dan pembeli lainnya. Pasalnya ia adalah calon penari Lengger di desa tersebut. Konon keberadaan penari Lengger di sebuah desa akan memberikan berkah dan perlindungan bagi si penari dan desa tersebut.
Dokter Jati terpesona menyaksikan tarian Sukma. Ia mendengar detak ketika menonton tariannya.
Sementara itu warga desa mulai resah. Beberapa warga menghilang tanpa jejak, membuat mereka cemas. Sebenarnya apa yang sedang terjadi di desa tersebut? Apa ada hubungan antara detak, kasus warga yang raib, dan Tari Lengger tersebut?
Sebuah Film Horor-Thriller yang Kental dengan Nuansa Lokal
Aku tersenyum mendengar logat para pemain dalam film. Logat ngapak-ngapak yang kental. Daerah Banyumas memang terbilang tak jauh dari Tegal.
Dalam film ini yang kuapresiasi adalah nuansa kelokalan dan tradisinya yang kental. Selain dialek, kesenian yang menjadi kekayaan budaya Banyumas juga ditonjolkan. Tarian tersebut adalah Tari Lengger.
Aku memberikan apresiasi tinggi buat Della Dartyan, pemeran Sukma. Ia menari dengan gemulai, seperti penari profesional. Padahal ia "hanya" belajar menari sekitar dua bulan. Meski hanya dua bulan (sudah termasuk workshop dan proses syuting), ia belajar menari dengan intens ke maestro Tari Lengger.
Musik skoring yang sebagian dihiasi dengan calung dan musik etnik ini juga berhasil memberikan kontribusi dalam membangun cerita. Musik gamelan dimainkan untuk mengiringi tarian Sukma dan kawan-kawannya. Di adegan lain musik ini berhasil membangun suasana yang misterius dan mencekam.
Palet warnanya terasa nyaman di mata dan sesuai dengan tone film yang misterius. Yang paling epik, visual yang diciptakan oleh kamera yang lincah mengikuti tarian puncak Sukma.
Dari segi akting, performa Della Dartyan dan Refal Hady patut dipuji. Della yang namanya menjulang sejak berperan di "Love for Sale", memang pernah sebelumnya berperan di film horor. Namun, ia belum pernah menjajal akting sebagai penari.
Sementara Refal Hady ("Galih dan Ratna", "Antologi Rasa", "The Wedding Agreement") selama ini lebih banyak bermain di ranah drama romantis dan drama religi. Perannya sebagai dokter Jati yang memiliki kepribadian yang kompleks, merupakan sebuah tantangan baginya. Ia benar-benar keluar dari zona nyamannya.
Pemeran "Tari Lengger Maut" lainnya seperti Alyssa Abidin dan Hetty Reksoprodjo juga tampil apik. Keduanya berperan masing-masing sebagai Welas dan Mbok Girah.
Film thriller ini berhasil membuat penonton tertarik pada adegan-adegan awal hingga pertengahan. Namun kemudian, agak terseret-seret di paruh keduanya. Puncaknya di bagian penutupnya, ada kesan agak terburu-buru untuk mengakhiri cerita.
Minus lainnya yaitu kehadiran beberapa pemain figuran dengan busana yang menurutku kurang cocok untuk latar awal tahun 2000-an. Di luar kekurangan tersebut, film ini cukup berhasil menyajikan kisah misteri dengan unsur nilai-nilai kelokalan yang kental.
Oh iya film "Tarian Lengger Maut" yang diproduksi oleh Aenigma Picture bekerja sama dengan Visinema Pictures ini selama proses produksi menggunakan zero waste movement, yaitu meminimalkan sampah. Semua kru menggunakan peralatan makan minum yang bisa digunakan ulang.
Selain itu, 70 persen dari kru film adalah pekerja kreatif lokal. Keterlibatan mereka dalam film ini menunjukkan dukungan Visinema Pictures dan Aenigma Picture kepada seniman lokal agar mereka dapat mengangkat budaya lokal. Siapa tahu ke depan juga muncul rumah-rumah produksi lokal di Banyumas seperti di Makassar dan Yogyakarta.
"Tarian Lengger Maut" ini akan tayang mulai 13 Mei mendatang secara serentak di bioskop. Jadi kalian bisa nonton film ini selama libur lebaran bareng keluarga di bioskop terdekat.
Akhirnya tahun ini film lebaran kembali hadir. Tetap ikuti protokol kesehatan ya selama nonton di bioskop.