Ada banyak film pendek dengan judul hadiah atau kado yang raih penghargaan. Ketika melihat daftar nominasi Oscar 2021 untuk kategori film pendek dan ada salah satu film yang judulnya "The Present", otomatis aku tersenyum lebar. Tapi film ini memang pantas meraih apresiasi bergengsi karena jalan ceritanya yang menarik dan menyentuh perasaan.
"The Present" merupakan film asal Palestina yang dirilis tahun 2020. Ia memiliki latar cerita masa kini di daerah Tepi Barat (West Bank) Palestina yang dikuasai oleh Israel. Ada dua kota yang disebut-sebut dalam film ini, Bethlehem dan Beitunia. Tokohnya adalah sebuah keluarga yang terdiri atas sepasang suami istri dan anak perempuan.
Film ini diawali dengan suasana dini hari para pekerja yang mengantri panjang untuk memasuki titik pemeriksaan di dekat Bethlehem. Tak ada jalan pintas dan jalan alternatif. Mereka harus melintasi titik tersebut menuju dan kembali ke/dari tempat bekerja.
Adegan kemudian berganti pada suatu hari, ketika pasutri tersebut hendak merayakan hari ulang tahun pernikahan. Si suami, Yusef (Saleh Bakri) dan anak perempuannya, Yasmine (Maryam Kanj) tersebut sejak pagi hari bersemangat berjalan kaki menuju kota. Mereka hendak berbelanja hadiah bagi si ibu (Mariam Kamel Basha) ke Beitunia.
Tapi tak mudah melewati penjagaan. Ada beberapa titik pemeriksaan (checkpoint) menuju Beitunia. Â Keduanya diinterogasi. Entah karena komunikasi yang buruk atau alasan lainnya, bapak dan anak itu dikurung di tempat yang tak jauh dari checkpoint. Mereka harus mendekam beberapa saat lamanya hingga keduanya dipastikan tak termasuk orang-orang yang berbahaya.
Si anak perempuan nampak lunglai berjalan kaki. Wajahnya tetap muram ketika kemudian naik bus. Sesampai di toko, baru ia mulai kembali ceria.
Namun perjalanan kembali ke rumah ternyata malah lebih sulit daripada saat berangkat.
Cerita Menyentuh di Titik Pemeriksaan
Dalam film pendek berdurasi 25 menitan ini, Farah Nabulsi, sang sutradara, menggunakan kondisi riil dalam adegan pembuka. Kondisi antrian yang begitu panjang dan sesak ini terjadi setiap hari kerja. Mereka harus sangat ekstra sabar untuk melewati titik pemeriksaan ini. Agar tak terlambat di tempat kerja, maka sejak dini hari antrian sudah mengular.
Film ini memang berfokus pada kondisi di titik pemeriksaan. Sehingga "The Present" bisa bermakna hadiah, juga bisa dimaknai kondisi saat ini. Penonton diberikan gambaran sosok Yusef yang nampak frustasi mendapatkan perlakuan yang kurang manusiawi dari petugas. Ia kasihan kepada putrinya yang masih kecil. Tak ada rasa simpati juga kepada putrinya. Ia juga dikurung seperti dirinya.
Melihat keduanya yang lunglai berjalan kaki begitu jauh kemudian mendapat tekanan selama di titik pemeriksaan, membuatku merasa gelisah dan terharu ketika menyaksikannya. Film ini berhasil mengetuk sisi manusiawi. Tak heran bila juri Oscar memilihnya sebagai salah satu kandidat karena rata-rata film Oscar kental akan nilai humanis. Â
Film "The Present" masuk sebagai nominasi kategori film pendek (best live action short film) di ajang Oscar 2021. Ia juga meraih nominasi di ajang BAFTA Award untuk kategori yang sama.
Industri film Palestina sendiri terus tumbuh. Meski pertumbuhannya relatif lebih lambat dibandingkan negara tetangganya, Yordania dan Iran, namun hasil karyanya tak kalah berkualitas. Sudah ada dua film Palestina selain "The Present" yang meraih nominasi Oscar, yaitu "Paradise Now" (2005) dan "Omar" (2013). Keduanya masuk di kategori film berbahasa asing terbaik.
Apakah "The Present" berhasil raih Oscar? Kita tunggu saja pengumumannya pada 25 April mendatang. Oh iya film ini bisa disaksikan di Netflix.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H