"Be careful who you pray to..."
Alice (Cricket Brown), gadis tunawicara dan tunarungu sejak kecil tiba-tiba bisa berbicara dengan lancar. Ia bercerita Bunda Maria menampakkan diri dan berbicara kepadanya. Sejak itu mukjizat satu-persatu terjadi di desa Banfield. Orang-orang pun berdatangan ke gereja tersebut untuk berjumpa dengan Alice. Benarkah mukjizat itu datang dari Tuhan atau sebaliknya? Cerita tersebut tersaji dalam film horor yang sedang tayang di bioskop, "The Unholy".
Dalam kisah "The Unholy", cerita tentang mukjizat tersebut semakin meluas berkat kehadiran seorang jurnalis bernama Gerry Fenn (Jeffrey Dean Morgan). Ia kesulitan mendapatkan pekerjaan karena masa lalunya yang kelam. Oleh karenanya ia menerima pekerjaan meliput apa saja dengan bayaran kecil hingga tiba di desa ini.
Ia melihat dan mendengar sendiri bagaimana gadis tersebut mendekati sebuah pohon dan berdoa. Ia terkejut ketika diberitahu Pastor Hagan, bahwa gadis itu yang merupakan keponakannya tunawicara. Tapi tak lama mereka semua bisa mendengarnya berbicara.Â
Semakin banyak warga yang tertarik untuk mendapatkan mukjizat dan meningkatkan keimanan. Utusan Vatikan pun hadir untuk menyelidiki apakah mukjizat itu nyata atau tipuan. Rangkaian peristiwa kemudian membuat Gerry ragu tentang asal mukjizat ini, demikian juga Pendeta Hagan. Mereka kemudian menelusuri jejak untuk menepis keraguan tersebut.
Benarkah pertolongan ini datang dari sesuatu yang suci?
Horor yang Berhasil Membangun Tensi Ketegangan
Pada masa pandemi ini relatif jarang film horor yang tayang di bioskop. Film "The Unholy" menarik perhatian berkat trailer-nya yang cukup mencekam dan nama besar produsernya, Sam Raimi, yang beberapa kali membesut film horor seperti "Drag Me to Hell" dan "The Evil Dead".
Film ini sendiri mendapat rating buruk di IMDb, Metacritic, dan Rotten Tomatoes. Namun, penilaian ini menurutku sifatnya subyektif. Filmnya tak begitu buruk, bahkan menurutku ceritanya cukup bagus.
Premis "The Unholy" relatif sederhana dan mungkin bukan sesuatu yang segar. Misteri dalam film ini mudah dibongkar. Apalagi jika penonton memerhatikan filmnya dari awal. Sudah ada petunjuk yang mengarah ke siapakah sosok yang dilihat dan didengar oleh Alice.
Cerita ini terasa dekat karena secara nyata memang sudah ada orang-orang pilihan yang pernah diberikan penampakan Bunda Maria. Namun ada juga kisah nabi palsu dan mereka yang memperdaya orang-orang seperti yang juga pernah terjadi di Indonesia.Â
Meski penonton sudah langsung bisa menebak sumber masalah dalam cerita ini, namun sutradara film ini, Evan Spiliotopoulos bisa membangun tensi ketegangan dengan baik lewat latar lokasi, skoring, dan akting para pemainnya.
Penonton disuguhi gambar-gambar sepi nan muram dari halaman gereja, sungai, dan motel. Musik yang melodius menyeruak di satu adegan menambah nuansa spiritual, dan skoring yang mencekam di adegan lainnya menambahkan unsur ketegangan.
Memang ada beberapa jumpscare di sini, tapi bisa dikenali kemunculannya. Penonton bisa langsung bersiap-siap tutup kuping dan mengalihkan perhatian biar tidak begitu kaget ketakutan.
Di samping atmosfer cerita yang terbangun cukup baik, film ini menarik diikuti berkat akting dari Jeffrey Dean Morgan. Ialah sebenarnya nyawa dari film ini. Perannya sebagai jurnalis yang mencoba bangkit dari masa lalunya tergambarkan dengan apik. Â Jeffrey sendiri dikenal lewat perannya sebagai Negan di serial "Walking Dead" dan sebagai John Winchester di serial "Supernatural".
Salah satu kutipan dalam film ini yang menarik diangkat dari Martin Luther yakni:
 "When God builds a church, the devil builds a chapel nextdoor".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H