Sebuah pagi di Bombay. Perempuan cantik bernama Kamala membeli sekeranjang bunga melati.Â
Sekembalinya di tempat tinggalnya yang sempit, Kamala sibuk menguntai melati tersebut di depan rumahnya yang merupakan jalanan yang ramai. Beberapa pejalan kaki berhenti dan membeli dagangannya.
Kakeknya, memiliki toko reparasi jam. Tapi nampaknya tak ada yang menggunakan jasanya. Sedangkan adiknya, Tara, masih kecil. Ia suka singgah ke rumah mantan artis yang telah menjanda, Shirley D'Souza. Biasanya sepulang sekolah, Tara menemani Shirley berkunjung ke makam mendiang suaminya.
Di seberang jalan tempat Kamala berjualan, juga ada penjual bunga. Ia seorang pria. Ia pemuda miskin yang hidup sebatang kara. Kampung halamannya di Kashmir masuk daerah konflik, kedua orangtuanya tewas terbunuh. Salim, namanya.
Pria itu seorang muslim. Ia jatuh hati pada Kamala yang seorang penganut Hindu. Gadis itu juga nampaknya tertarik padanya.
Tapi gadis itu punya rahasia. Selain pernah memiliki riwayat kabur karena hendak dinikahkan paksa saat masih kanak-kanak, ia juga punya pekerjaan sampingan yang dirahasiakannya dari kakek dan adiknya.Â
Berbagai Masalah Sosial dengan Warna-Warni yang Semarak
Animasi dari negeri India ini memiliki visual yang indah. Gambarnya bak lukisan cat minyak, rupanya frame-nya dibuat satu-persatu dengan tangan. Untuk membuat animasi sepanjang 97 menit ini diperlukan waktu 18 bulan dan melibatkan 60 animator.
Gitanjali Rao sebagai penulis dan sutradara film animasi ini rupanya punya riwayat sebagai animator yang kerap menggali kondisi-kondisi sosial dan tradisi negerinya.Â
Film-film animasi pendeknya seperti Printed Rainbow" (2006), "Kanika Sinha" (2013), "True Love Story" (2014), seperti bahan dan peramu ide dari film animasi panjang ini.
Film "Bombay Rose" ini tayang perdana di Venice Film Festival pada tahun 2019 di sesi International Critics Week. Ia kemudian juga tayang di Toronto International Film Festival pada tahun yang sama di sesi Contemporary World Cinema. Selanjutnya film ini kemudian tayang di Netflix sejak 8 Maret 2021.
Cerita "Bombay Rose" sendiri juga menyentuh. Ia menggunakan kombinasi gambaran realistis dan nuansa surealis yang bak mimpi. Beberapa bagian cerita nampak seperti harapan yang diangan-angankan kedua insan, Kamala dan Salim, bisa bersatu tanpa mempertimbangkan perbedaan agama dan latar belakang.
Keglamoran Bollywood di sini juga dibidik dengan suasana penonton di sebuah bioskop sederhana. Jalan ceritanya juga khas India, dengan sosok perempuan yang ditolong oleh pria gagah. Penonton ikut bersorak ketika jagoannya berhasil mengalahkan lawannya.
Sosok aktor Bollywood ini juga jadi gambaran ideal bagi Salim. Ia membayangkan bagaimana bila ia cukup berani untuk menolong dan membawa pergi gadis yang dicintainya. Sementara Kamala membayangkan dirinya putri era Mughal yang jatuh cinta dengan pangeran muslim.
"Bombay Rose" menurutku sebuah animasi yang berhasil menyuarakan kondisi sosial tanpa terlalu mengeksplorasi kesedihan. Alih-alih mendramatisirnya dengan warna-warni suram, cerita ini malah dibingkai dengan pilihan warna yang semarak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H