Berbicara tentang minuman beralkohol, aku jadi ingat diskusi tentang makanan dan minuman fermentasi beberapa tahun silam yang diadakan komunitas Jalansutra.Â
Seingatku tahun 2016. Dalam acara tersebut juga dibahas aneka rupa minuman fermentasi yang umumnya mengandung alkohol di berbagai daerah di seluruh penjuru nusantara, serta bagaimana peranan minuman fermentasi ini pada masa dulu dan sekarang.
Air dewa. Ada yang menyebut sebagian air dari hasil fermentasi tersebut sebagai air dewa atau minuman dewa.Â
Oleh karena namanya yang disebut air dewa tersebut maka jenis minuman fermentasi ini lazimnya digunakan pada saat hari-hari tertentu, upacara adat dan upacara lainnya yang bersifat sakral.Â
Di Bali, minuman fermentasi yang mengandung alkohol seperti arak digunakan dalam upacara adat sebagai pengganti darah. Di Dayak juga disajikan air dewa dalam upacara adat.
Budaya minuman fermentasi ini rupanya hadir sejak lama. Ia sudah muncul sekitar abad ke-8 di nusantara dari catatan di naskah kuno Jawa. Ia semakin dikenal pada masa kerajaan di Jawa Timur, seperti Kadiri dan Majapahit. Pernah dengar kan cerita pasukan Mongol dibuat mabuk oleh pasukan kerajaan di Jawa Timur?
Budaya minuman fermentasi sebuah budaya yang menarik, bagaimana nenek moyang berupaya menyimpan dan meningkatkan nilai dari sebuah minuman lewat budaya meragi. Dari pengetahuan ini lahir beragam jenis minuman yang kita kenal seperti air tape, cuka, legen, arak, tuak, brem, dan sebagainya.
Air dewa lebih banyak ditujukan untuk acara sakral, namun ada juga jenis minuman fermentasi yang memang dikonsumsi masyarakat pada hari-hari biasa di mana dijual di kedai-kedai minum.Â
Ada yang meminumnya hanya untuk mendapatkan suntikan energi, untuk ramah tamah,namun memang juga ada yang meminumnya untuk pesta mabuk-mabukan.
Memang air fermentasi bisa memabukkan jika kandungan alkoholnya tinggi dan dikonsumsi berlebihan. Namun, tak semua yang mengonsumsinya bertujuan untuk mabuk.Â
Ada yang hanya digunakan untuk upacara, menghangatkan tubuh, menjalin kekerabatan, dan mendapatkan suntikan semangat dari air dewa.Â
Air fermentasi memberikan manfaat ke tubuh apabila takarannya pas dan sesuai dengan kondisi tubuh peminumnya. Ia bisa membantu proses pencernaan dan melancarkan peredaran darah. Namun, sekali lagi jika takarannya pas dan tidak berlebihan.
Meski aku bukan pengonsumsi minuman keras, aku tertarik mendengar proses pembuatan minuman fermentasi tersebut. Ada beberapa jenis minuman yang kukenal dan juga diproduksi di daerahku yang berasal dari apel.
Minuman fermentasi tidak semuanya digolongkan minuman keras. Beberapa minuman fermentasi bisa dikonsumsi secara bebas, seperti minuman tapai baik dari ketan hitam maupun singkong, cuka apel, brem apel, juga legen yang berasal dari sari buah siwalan.Â
Minuman seperti air tapai, cuka apel, dan sebagainya memiliki khasiat tertentu bagi tubuh. Cuka apel dan brem apel, misalnya. Ia bisa mengatur kadar gula, anti kuman, mencegah kanker, dan sebagainya.
Dari acara tersebut aku juga mengenal berbagai bahan yang umumnya digunakan sebagai minuman fermentasi. Umumnya bahan yang digunakan di daerah-daerah adalah air nira, beras, ketan, gula merah, dan buah-buahan.Â
Hasil minumannya di antaranya adalah tuak, arak, lapen, ciu, badeg, lahang, tampo, ballo, sopi, dan swanrai. Merk minuman fermentasi asal daerah di antaranya Topi Miring, Cap Tikus, dan Congyang.
Selain dari daerah, juga dipamerkan minuman fermentasi dari berbagai negara. Ada sake dari Jepang dan kombucha dari Korea. Jika sake dikenal luas sebagai minuman fermentasi asal Jepang, kira-kira untuk Indonesia lebih cocok yang mana ya?Â
Bagaimana bila air tapai singkong atau air tape ketan hitam hehehe? Karena enak dan segar, juga tidak memabukkan dan bikin sakit perut, asal tentunya tidak kebanyakan karena kandungan alkoholnya juga tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H