Kadang-kadang pada saat malam-malam kudengar suara krauk-krauk kucing yang sedang makan makanan kering. Eh kucing tetangga masuk dan menyantap makanan kucing kami. Walah.
Lalu kami sediakan alas kaki yang sudah jelek di depan pintu kucing. Tujuannya biar mereka gosok kaki dulu sebelum melangkah ke dalam rumah.
Satu lagi yang jadi perhatian kami adalah soal bantal. Kidut dengan santainya menggunakan bantal kami untuk tiduran. Pasangan pun protes dan menyarankanku membelikan bantal kucing.
Eh rupanya ada saja yang jual. Ada bantal, selimut, alas, dan rumah-rumahan kucing. Wah kayak main boneka saja.Â
Teman menambahkan baju kucing ke daftar. Ia lebih maniak kucing daripada aku. Kucingnya sama sepertiku, jenis kucing kampung yang sama-sama kami pelihara sejak bayi.Â
Temanku punya beberapa setel baju kucing. Kucing-kucingnya kadang-kadang didandaninya. Ada baju ketika hawa panas dan baju untuk cuaca berangin. Hehehe gokil.
Dua bantal kucing sudah dipesan. Satu buat Kidut. Lainnya buat Mungil. Nero sudah jarang tidur di rumah.
Kuatur posisi bantal kucing di dekat mereka. Kidur hanya melihatnya, tidak tertarik mencobainya alas tidur empuk berbentuk donat itu.
Kugendong dan kupaksa taruh di atas bantal donat itu. Eh rupanya kekecilan. Kidut ternyata lebih besar. Ia kesal karena kupaksa dan lalu melengos. Ia diam-diam kembali berleha-leha di atas bantal manusia. Duh.
Ada kalanya manusia rela dan berbuat jauh buat kucing-kucing kesayangannya. Kalau dipikir-pikir merekalah sebenarnya majikan di rumah. Aku menyiapkan makanannya, membersihkan kotorannya dan menghujaninya dengan kasih sayang. Hahaha dasar kucing.